[PORTAL-ISLAM.ID] Sejarawan Universitas Montreal di Kanada, Yakov Rabkin, mengomentari perselisihan antara Israel dan Palestina yang kembali memburuk dalam sepekan terakhir. Menurutnya, Israel adalah pihak yang lebih kuat dan ‘pelaku’ dalam perang mematikan yang berlangsung dalam seminggu belakangan ini.
“Mereka sudah seharusnya berhenti bermain-main, berperan seolah menjadi pihak yang menjadi korban,” ujar Rabkin kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara, Jumat (14/5/2021).
“Pesan saya kepada pihak yang lebih kuat, yaitu Israel dalam kasus ini, adalah bahwa mereka harus merevisi narasi mereka. Saya katakan, berhenti berpikir bahwa Anda adalah korban. Anda bukan korban dalam kasus ini. Anda adalah pelakunya,” ujarnya.
Profesor itu mengatakan Israel sudah seharusnya berperilaku sesuai dengan norma internasional. Apa yang dilakukan Israel telah memenuhi kriteria sebagai kejahatan perang.
Dia juga menolak penggunaan istilah ‘konflik’ untuk menggambarkan kekerasan antara Israel dan Palestina, dengan mengatakan itu tidak berlaku karena Israel memiliki kekuatan yang tidak proporsional.
“Karena kita pada dasarnya berbicara tentang penduduk sipil yang menghadapi salah satu mesin militer paling canggih di kawasan ini,” kata Rabkin.
Rabkin juga mengatakan bahwa banyak politisi ‘menggunakan situasi seperti perang’ untuk menyelamatkan ‘kulit’ mereka.
“Saya tidak bisa seperti Perdana Menteri Netanyahu. Saya tidak tahu mengapa dia memberi perintah ini (pengerahan kekuatan). Jelas, dia mendapat manfaat dari polarisasi dalam masyarakat Israel, dan tentu saja permusuhan semacam ini meningkatkan polarisasi, yang kita lihat bahkan di jalan-jalan Israel,” katanya.
Beralih ke kebijakan lama Amerika dalam melindungi Israel dari kritik dan kecaman internasional di PBB, Rabkin berkata: “Ada konsensus tak terucapkan bahwa Israel harus menikmati impunitas yang luar biasa.”
Apa yang dilakukan Israel, di satu sisi, tidak jauh berbeda dari apa yang telah dilakukan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia, menurut Rabkin.
“Saya tidak akan menyalahkan (Presiden AS Joe) Biden atau pemerintahannya. Mereka mengikuti jejak semua pemerintahan sebelumnya,” pungkasnya.[]