[PORTAL-ISLAM.ID] Saat gempuran Israel memicu banyak korban di Gaza, muncul seruan global untuk memberikan tekanan ekonomi terhadap Israel dan perusahaan multinasional yang dianggap 'terlibat' dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap Palestina oleh Israel.
Seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (21/5/2021), seruan itu disampaikan oleh gerakan bernama Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang menyebut dirinya sebagai gerakan yang dipimpin Palestina untuk perdamaian, keadilan dan kesetaraan.
Dalam situs resminya, BDS menyatakan kelompoknya menjunjung tinggi prinsip sederhana bahwa Palestina berhak atas hak-hak yang sama seperti kemanusiaan lainnya. Kelompok ini meraup dukungan dan mendapat perlawanan institusional dalam misinya memenangkan keadilan bagi Palestina.
"Ada konsensus yang berkembang bahwa Israel sekarang, seperti Afrika Selatan di masa lalu, merupakan negara apartheid yang harus dihadapi dengan sanksi terarah, boikot dan divestasi," cetus salah satu pendiri gerakan BDS, Omar Barghouti, kepada Al Jazeera.
Gerakan ini diluncurkan tahun 2005 lalu oleh 170 serikat warga Palestina, jaringan pengungsi, organisasi wanita, asosiasi profesional, komisi perlawanan populer dan kelompok masyarakat sipil Palestina lainnya.
Saat pertumpahan darah terjadi di Gaza, gerakan BDS merilis seruan terbaru soal lima langkah yang bisa dilakukan para pendukung Palestina untuk membantu mengakhiri pendudukan Israel.
Langkah itu termasuk mendorong embargo militer Israel, menggerakkan organisasi masyarakat lokal untuk memutuskan hubungan dengan Israel dan perusahaan-perusahaan yang dianggap memampukan pendudukan atas Palestina.
Gerakan BDS juga menyerukan langkah memboikot produk-produk dan jasa dari perusahaan-perusahaan tersebut, serta mengerahkan tekanan terhadap investor institusional untuk mencabut investasi dari perusahaan itu.
BDS bahkan merilis daftar perusahaan yang menjadi sasaran boikot terkait Israel, antara lain Hewlett-Packard, Puma dan Caterpillar.
Tidak hanya itu, dalam seruannya, gerakan BDS juga mencetuskan pembatalan acara akademik, budaya, olahraga dan pariwisata di Israel dan meminta orang-orang di berbagai negara untuk bergabung dalam kampanye BDS atau kelompok solidaritas Palestina.
"Untuk menantang keterlibatan ini dan mendukung perjuangan Palestina bagi perdamaian, keadilan dan kesetaraan," sebut gerakan BDS dalam seruannya.
Lebih lanjut, Barghouthi menyebut bahwa meskipun pendudukan Palestina oleh Israel sudah terjadi selama lebih dari 70 tahun, fokus baru pada keadilan sosial secara global selama pandemi virus Corona (COVID-19) telah mendukung inisiatif gerakan BDS.
"Menjadi kewajiban etis bagi setiap orang yang mendukung keadilan, kebebasan dan kesetaraan hak untuk bersuara tentang Palestina, dan yang terpenting, bertindak untuk mengakhiri keterlibatan negara mereka, institusi mereka, dewan kota mereka atau organisasi mereka dalam kejahatan Israel terhadap Palestina," sebutnya.
Diketahui bahwa Israel dan Hamas yang menguasai Gaza telah menyepakati gencatan senjata yang diberlakukan mulai Jumat (21/5) dini hari, setelah terjadi pertempuran sengit selama 11 hari terakhir.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, tewas akibat pertempuran sejak 10 Mei lalu. Lebih dari 1.900 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara dan gempuran artileri Israel ke Gaza.
Sementara otoritas Israel menyebut 12 warga tewas akibat rentetan serangan roket dari Gaza, dengan ratusan orang lainnya mengalami luka-luka.(dtk)