Tiap kali membaca nyinyiran-nyinyiran jenis begini, saya kok rasanya jengkel sendiri.
Orang sedekah aja kok ya disewotin. Orang nyumbang itu kan ya terserah yg nyumbang. Uang mereka sendiri, hasil keringat mereka sendiri. Selama itu nggak merugikan orang lain, ya nggak ada yang salah.
Lagipula, orang yang ngasih donasi ke Palestina itu juga pasti pernah ngasih donasi dengan nilai dan kuantitas yang lebih besar dan banyak untuk lingkungannya. Jangan dianggap dia hanya mau nyumbang cuma untuk Palestina.
Kayak Muhammadiyah ini, misalnya. Mereka mengumpulkan donasi 7 miliar buat Palestina. Itu bukan berarti mereka lebih mementingkan negara lain. Lha Muhammadiyah itu soal ngasih sesuatu kepada negara sendiri itu ya ngedap-edapi. Mereka bikin masjid, sekolah, rumah sakit, panti, pondok, dan lini-lini pengabdian masyarakat lainnya itu jumlahnya ribuan dengan nilai kebermanfaatan triliunan rupiah. Jadi angka 7 miliar itu bukan bandingan.
Orang-orang ini kayaknya lupa, bahwa ngasih donasi ke Palestina itu adalah wujud solidaritas kemanusiaan. Itu merupakan kepedulian yang sifatnya impulsif (dorongan hati).
Negara kita kan juga sering mendapatkan donasi kayak gitu.
Pas Aceh kena tsunami atau Jogja kena gempa, misalnya, ya banyak juga donasi yang berasal dari masyarakat Internasional atas nama solidaritas kemanusiaan.
Bayangkan gimana rasanya jadi korban gempa Jogja, trus dapat bantuan donasi hasil patungan dari masyarakat India, trus tiba-tiba muncul komentar dari netizen India yang bilang “Ngapain donasi ke masyarakat Indonesia, wong rakyat India aja masih banyak yang miskin?”
Ha mesti nggrantes, Bung.
Benar bahwa sedekah yang utama adalah sedekah untuk lingkungan yang dekat, namun bukan berarti bersolidaritas kepada yang jauh adalah hal yang salah.
Haiiiish, arek-arek iki jan, urunan ora, tapi rewel’e wis koyo donatur tunggal.
(By Agus Mulyadi)
*Sumber: fb