[CATATAN Afwan Riyadi @af1_]
"Ngapain jauh-jauh bela Palestina? Ini di Indonesia juga banyak yang harus dibantu !!"
Gaes, izinkan saya cerita pengalaman yg saya sendiri saksinya. Bukan orang lain, bukan cari2 literatur dimana-mana.
Jadi 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009, Gaza diserang hebat oleh Israel. Mereka gunakan ini nih: bom fosfor. Pelanggaran HAM berat.
Lalu dilanjutkan pertempuran darat. Ratusan tank Merkava Israel menyerbu Gaza.
Serangan darat Israel diawali dari wilayah utara Gaza, melalui sebuah kota bernama Beit Lahiya.
Kawasan itu membara, jadi ajang perang terbuka di darat. Tercatat ada 400-an pejuang Palestina syahid di Beit Lahiya saja.
Jangan tanya kehancuran Beit Lahiya. Mereka mengalami gempuran darat, laut & udara. Tank & pesawat pembom hanya bisa dihadapi oleh milisi bersenjata seadanya.
Tapi alhamdulillah, para pejuang Palestina mampu memenangkan peperangan.
Gaza itu semacam provinsi, terdiri dari 7 kota. Di selatan ada kota Rafah berbatasan dengan Gurun Sinai (Mesir), di utara ada kota Beit Lahiya, berbatasan dengan wilayah yang dikuasai Zionis.
Pertempuran di Beit Lahiya jadi paling sengit & paling banyak menimbulkan korban jiwa serta kerusakan infrasturktur. Karena pasukan darat Israel menyerbu Gaza melalui kota tersebut.
Tapi alhamdulillah perang tak berlangsung terlalu lama. Hanya sekitar 20 harian. Israel menyerah, mengajak damai.
Biasa, dia yang mulai, dia juga yang mengajak udahan.
Perang Gaza saat itu praktis dinyatakan selesai di 18 Januari 2009.
Obrolan kita pindah ke negeri kita tercinta Indonesia, ada kejadian luar biasa di tahun 2009.
30 September 2009, terjadi gempa berskala 7.9 skala richter mengguncang kota Padang. Sekitar 1000-an jiwa wafat. Ratusan gedung runtuh total.
Padang sempat lumpuh dalam beberapa waktu.
Berita gempa hebat ini menyebar ke seluruh dunia.
Tapi tahukah Anda, siapa pemimpin luar negeri pertama yang datang langsung untuk menyampaikan bantuan bagi korban Gempa Padang 2009?
Beliau adalah DR Izzuddin Ad-Dahnun.
Siapa beliau? Beliau adalah walikota Beit Lahiya, Gaza. Kota yang belum genap 9 bulan sebelumnya luluh lantak menghadapi agresi Zionis.
Duh maaf saya kehilangan foto beliau.
DR Izzuddin Ad-Dahnun menemui walikota Padang DR Fauzi Bahar, menyampaikan bantuan langsung dari warga & pemerintah Beit Lahiya Gaza kepada korban gempa Padang.
Saya tak tahu jumlahnya berapa, tapi upayanya hadir itu luar biasa
Saat itu juga langsung dibuat perjanjian kerjasama kota kembar (sister City) antara Padang & Beit Lahiya.
Anda bayangkan, mereka yg membantu Padang pertama kali adalah mereka yg kotanya masih luluh lantak & semerbak darah bercampur mesiu.
Belum lagi perjalanan DR Izzuddin Ad-Dahnun ke Padang bukan perjalanan mudah. Beliau harus melewati belasan cek poin militer yang terbentang sepanjang Gurun Sinai. Belum lagi mengurus visa keluar & masuk Gaza yg bikin frustasi.
Saya pribadi mengunjungi Padang & berjumpa walikota Padang, DR Fauzi Bahar sekitar tahun 2011, mengantar Syeh Palestina.
Beliau (DR Fauzi Bahar) entah berkelakar atau serius, sempat bilang "nanti saya akan latih pejuang Palestina berperang di laut". Maklum beliau purnawirawan TNI AL.
Lalu tahun 2012, 2 anggota DPRD Kota Padang, Ust Irsyad Safar & Dato Budiman, bersama saya berkunjung ke Gaza. Sekaligus menemui DR Izzuddin Ad-Dahnun di Beit Lahiya. Beliau berdua mewakili Walikota menandatangani perpanjangan hubungan Sister City.
Sepekan kami di Gaza, suasana mulai memanas. Saat itu mulai muncul pemboman dari Israel, bahkan ada yg jatuh hanya 1 km dari hotel kami.
Saat posisi kami sudah kembali di Kairo, Mesir, perang kembali pecah. Tahun 2012 silam.
Di akhir perang itu, saat kami sudah tiba di Tanah Air, kami mendengar DR Izzuddin Ad-Dahnun syahid saat mengangkat senjata mempertahankan tanah airnya. Subhanallah..
Sungguh kesedihan bagi rombongan kami saat itu.
Bisa ambil kesimpulannya, tweeps?
Kira-kira malu gak kalau bilang "Ngapain jauh-jauh bantu Palestina? Disini juga banyak yang harus dibantu!"
Lihat DR Izzuddin Ad-Dahnun & warga Beit Lahiya. Belum 9 bulan kotanya hancur digempur Israel, sudah peduli dgn saudaranya di Indonesia.
Oiya kan saya sudah sampaikan diawal, kisah ini adalah pengalaman yg saya saksikan dgn mata kepala sendiri. Jadi kalau ditanya link berita, cari sendiri ya...
Tokoh2nya alhamdulillah masih sehat. Sila ke DR Fauzi Bahar, atau Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi, beliau Wakil Walikota Padang saat itu.
Saya juga tidak tahu apakah perjanjian sister city ini masih berjalan hingga sekarang. Boleh tanyakan ke Pemkot Padang.
Mungkin ini pula yang membuat dukungan pemerintah & rakyat Padang & Sumbar luar biasa. Salah satunya ada Ambulance sumbangan mereka beroperasi di Gaza.
Oiya bantuan warga Palestina untuk korban bencana alam di Indonesia bukan hanya di Padang saja.
Setahu saya saat Erupsi Merapi, warga Palestina juga menggalang donasi. Salah satunya diwujudkan jadi TK Al Aqsha di kaki gunung Merapi.
(Dari twit Afwan Riyadi @af1_ 19/05/2021)
"Ngapain jauh-jauh bela Palestina? Ini di Indonesia juga banyak yang harus dibantu !!"
— Afwan Riyadi (@af1_) May 19, 2021
--
Gaes, izinkan saya cerita pengalaman yg saya sendiri saksinya. Bukan orang lain, bukan cari2 literatur dimana-mana.#FreePalestine