Analisis di Balik Serangan Zionis ke Masjid Al-Aqsha dan Gaza
Oleh: Pizaro (Jurnalis Anadolu)
Serangan brutal yang dilakukan tentara zionis bisa kita baca dengan beberapa analisis.
Pertama. Ini adalah upaya zionisasi Baitul Maqdis yang terus menerus dilakukan zionis untuk mengosongkan wilayah tersebut dari orang-orang Palestina dan menggantikannya dengan orang-orang Yahudi. Zionis adalah entitas negara palsu yang tidak memiliki batas teritori yang jelas karena hendak menguasai keseluruhan wilayah Palestina.
Kedua. Zionis ingin membagi Masjidil Aqsha menjadi milik Yahudi dan Muslim sebagimana mereka lakukan terhadap kota Hebron dan Masjid Ibrahimi. Upaya yang sama ingin mereka terapkan terhadap Masjidil Aqsha dengan tujuan agar kelompok Yahudi punya hak atas Masjidil Aqsha.
Ketiga. Mengapa zionis sangat berani melancarkan serangan brutalnya? Karena mereka percaya sekutu barunya di negara-negara Arab yang baru saja melakukan normalisasi dapat menangkis reaksi dari dunia Arab dan umat Islam global.
Zionis juga meyakini sekutu-sekutu baratnya juga akan menyapu serangan terhadap mereka saat anak-anak Palestina di Gaza dibunuh oleh serangan udara Israel dan Masjid Al-Aqsha diluluhlantahkan. Sebagimana ditunjukkan Presiden AS Joe Biden saat membela serangan Israel ke jalur Gaza.
Keempat. Semakin kuatnya perlawanan yang dilakukan umat Islam Palestina untuk menentang pengusiran yang dilakukan zionis di wilayah Syekh Jarrah. Zionis tak mengira, upaya mengelabui komunitas Internasional dengan menjadikan isu “pelanggaran urusan properti tanah”, sebagai dalih pengusiran paksa keluarga Palestina di Syekh Jarrah dapat dikonter oleh netizen lewat media sosial. Bahwa yang terjadi adalah pengusiran paksa itu adalah modus yang dilakukan zionis untuk menempatkan 200 pemukiman illegal baru di Syekh Jarrah.
Perlu diingat pengusiran paksa zionis kepada warga Palestina di wilayah Syekh Jarrah bukanlah barang baru dan sudah berlangsung sejak tahun 1948.
Kelima. Semakin kritisnya posisi Netanyahu dengan meningkatnya popularitas Hamas yang menjadi kandidat terkuat pemimpin baru Palestina dalam pemilu mendatang. Kondisi ini membuat rezim zionis terus menunda pemilu Palestina dan memanfaatkan situasi di Masjidil Aqsha untuk menyerang Hamas.
Zionis sadar jalan utama melumpuhkan Hamas adalah dengan membombardirnya setelah upaya “menyuap dan membeli” bangsa Palestina melalui proyek ekonomi Deal of Century ternyata ditolak warga Palestina.
Keenam. Netanyahu sadar kasus korupsi yang membelitnya saat ini dapat menggulingkan kekuasaannya. Apalagi Netanyahu butuh suara untuk mengamankan suara mayoritas guna membentuk pemerintah baru. Salah satu cara paling efektif adalah menggoreng isu Masjidil Aqsa dengan memanfaatkan kelompok ultra religius Yahudi, yang juga pendukung Zionist Religious Party (RZP).
Partai ini memiliki 225 ribu suara di pemilu dan mengamankan enam suara di parlemen. ZRP telah menyerahkan suaranya untuk Netanyahu agar dapat memenangkan pemilu dengan tujuan menyerap aspirasi agenda-agenda sayap kanan.[fb]