Ulama Menikah, Kaum Nyinyirun Berghibah
[Ustadz kok kawin cerai. Harusnya seorang ulama bisa jadi contoh yang baik untuk ummatnya,] komentar seseakun pada postingan berita pernikahan UAS dengan seorang gadis asal Jombang, kemarin.
[Ternyata ustadz doyan daun muda juga ya?]
tulis akun lainnya tak kalah sadis.
[Ustadz sekarang kawin cerai dan poligami nyari istri yang muda. Padahal kalo mau ikut sunnah, nikahi tuh janda-janda tua kayak rosulullah].
Akun seseemak gak kalah nyinyir berkomentar, bahkan komentar berikutnya ia menyebut nama ustadz lainnya yang berpoligami.
Mas, Mbak, Bu ... jangankan manusia biasa, lah, nabi Ismail saja bisa bercerai dan dibolehkan oleh Allah. Rosulullah juga pernah menceraikan istrinya kok, walaupun akhirnya rujuk kembali atas perintah Allah.
Lantas kamu mau bilang juga bahwa Rosulullah bukan contoh yang baik bagi umatnya? JAWAB!
Bicara tentang poligami Rosulullah, jelaslah tujuan beliau berpoligami bukan semata-mata karena nafsu syahwat semata. Bahkan satu dari istri beliau dinikahkan langsung oleh Allah dari langit tertinggi.
Kalau kalian menganggap bahwa istri-istri beliau semuanya adalah janda-janda tua, kalian perlu baca buku sejarah Rosulullah.
Beberapa istri beliau dinikahi dalam usia yang masih muda, meskipun statusnya janda. Hanya bunda Aisyah R.a yang masih gadis saat menikah dengan beliau.
Apapun status dan usia istri-istri Rosulullah, semuanya adalah wanita mulia, penghuni syurga.
Perceraian memang hal yang dibenci Allah (namun derajat haditsnya diperselisihkan), tapi bukan berarti dilarang. Pada kondisi tertentu, justru bercerai adalah pilihan terbaik daripada bertahan dalam pernikahan yang membawa kemudharatan.
Jadi, Mas, Mbak, Pak, Bu ... janganlah kita menjadi bagian kaum munafiqun yang membenci ulama hanya karena poligami yang memang dibolehkan dalam syariat.
Tak perlu juga kita nyinyir dengan jodoh orang lain. Mau dia nikah dengan daun muda atau daun tua, kek ... bukan urusan kita.
Mereka yang menjalani, kenapa kita yang meriang?
Cukuplah kita urus daun-daunan yang akan kita olah jadi menu berbuka puasa nanti sore. Itu saja.
(By Eny Anita Khoirozan)