SALAFI & TARBIYAH
By Aisha Rara*
Dulu, tahun 2000 ke bawah ketika dakwah tarbiyah mulai menggeliat di tengah masyarakat, pengajian liqo'an bukanlah aktivitas yang bisa dilaksanakan secara terbuka. Kalau ada kumpul-kumpul sedikit di mesjid di luar waktu sholat, pasti ada saja yang mendatangi, pasti diinterogasi, bisa jadi dibubarkan dan kalo keukeh tetap dilaksanakan, kemungkinan ada "eye-eye" yang ikutan.
Makanya biar aman, peserta liqo biasanya selalu membawa kantong plastik hitam saat mau liqo'. Fungsinya ketika masuk mesjid atau tempat liqo, sandalnya ikut dibawa masuk biar gak kena geruduk. Pengajian pun diadakan tanpa pengeras suara, malah cenderung berbisik dengan penerangan seadanya.
Bersyukur, para pendakwah ala tarbiyah ini sedulurnya adalah kaum terdidik mapan yang sebagian diantaranya bukan hanya mahir dalam ilmu agama, tapi paham tentang hukum dan aturan. Maka mereka membentuk partai, yang salah satu tujuannya selain memperkuat harokah, adalah agar kaum tarbiyah memiliki tempat berlindung, mempunyai payung hukum.
Tarbiyah menjadi metode sah pembinaan para kader partai ini. Baik pembinaan politik, sosial dan spiritual. Sehingga pelaksanaannya bisa seterang benderang sekarang, tidak lagi perlu ngumpet-ngumpet.
Tapi ujian pastinya belum usai.
Saat dakwah tarbiyah berkembang, mulailah tuduhan-tuduhan sesat dan menyesatkan, eksklusif dan anti NKRI dihembuskan oleh sekelompok orang. Malah sekarang ditambah dengan fitnahan "penyokong teroris". Innalillah...
Herannya, saudara-saudara seiman sesama Islam, bukannya menolong malah ikut mendiskreditkan. Puluhan tahun mereka malah cenderung terlihat membantu mempertajam narasi bahwa dakwah ala tarbiyah merusak NKRI. Tidak cocok dikembangkan di negeri ini, mendapat sokongan dana dari luar negeri untuk beroperasi dan berafiliasi ke organisasi terlarang. Puluhan tahun mereka bertahan dengan tuduhan tersebut namun gagal membuktikan sampai hari ini. Faktanya, partainya masih berdiri dan diminati. 😁
Biarpun demikian, tuduhan-tuduhan tersebut selalu dilempar ulang setiap kali ada kesempatan. Hampir setiap ada aksi kekerasan dan pengrusakan bahkan terorisme, sekelompok orang menunggangi tragedi tersebut untuk melempar tuduhan, mengarahkan telunjuk dan sorotan masyarakat ke kelompok yang sejak puluhan tahun mereka musuhi.
Mereka ini kerap mengaku sebagai penjaga NKRI sejati. Anggota organisasi Islam nomor wahid di bumi pertiwi. Meski koq opininya selalu menjatuhkan dan "memukul" saudara seiman sendiri yang memilih mengaji dengan cara lain, bersama orang lain.
SALAFI
Puluhan tahun gagal menjegal tarbiyah, kini mereka terlihat mengincar Salafi. Geliat dakwah Salafi memang berkembang pesat dan diminati masyarakat dalam satu dekade terakhir ini.
Dakwah yang telaten, hati-hati dan "saklek" tanpa narasi penafsiran ina inu rupanya menarik golongan masyarakat yang murni ingin kembali ke sunnah. Masyarakat muslim yang tak tertarik lagi dengan fenomena politik, yang mulai memikirkan masa depan akhiratnya daripada pergerakan di dunia.
Perlu antum ketahui bahwa kawan-kawan Salafi inilah yang selalu mengajak masyarakat untuk taat kepada Ulil Amri (pemerintah). Dengan dakwahnya, mereka tidak menyetujui adanya demonstrasi dan segala jenis kritikan terbuka kepada pemerintahan yang sah.
Bahkan beberapa pengikut dakwah Salafi ini saya saksikan seringkali bersiteru, beradu argumen dengan orang-orang yang mendukung demonstrasi. Tak jarang, di sosial media mereka juga mengkritik bahkan mencela para pengkritik pemerintah.
Oposisi -bagi mereka yang mengaku Salafi- adalah pihak yang kalah dan salah. Karena selama pemerintah masih mengizinkan umat Islam untuk sholat dan beribadah lainnya, tidak melarang pengajian, tidak mengingkari Alqur'an dan sunnah, maka sudah seyogyanya rakyat untuk patuh dan tidak melawan pemimpinnya.
Anehnya, karakter dakwah mereka yang lebih soft dan wise, fokus ke kajian dan kegiatan sosial rakyat untuk rakyat serta menjauhi politik seperti ini masih juga dimusuhi. Tanpa tedeng aling-aling dan memilah cabang pemahaman dari Salafi, sekelompok orang menggeneralisir dan menggebuk mereka habis-habisan.
Pendiskreditan dan penyesatan kini diarahkan kepada mereka. Mesjid mereka dicurigai, Ustadz mereka diusir bahkan dijegal agar tidak boleh berdakwah lagi. Innalillah...
Padahal saya melihat sendiri, kawan-kawan Salafi yang dulunya bersikap eksklusif dan cenderung menutup diri dari masalah-masalah umat, kini mulai menyibukan diri dengan beraneka ragam kegiatan sosial yang membantu hajat hidup umat. Tak kalah semangat dengan Tarbiyah, kawan-kawan Salafi kini mau bergerak cepat untuk hadir menyalurkan bantuan korban Covid, bencana alam dan membuka diri agar masyarakat luas dapat melihat dan mengikuti kegiatan mereka.
Mereka membuka mesjid mereka sebagai tempat umat belajar ilmu, bukan hanya khusus golongan mereka sendiri tapi mengundang semua yang ingin belajar untuk datang. Orang mulai memandang mereka sebagai saudara seiman yang peduli dan baik hatinya. Bukan lagi sebagai sosok asing bercadar, berpakaian hitam dan bercelana cingkrang yang kikuk dan acuh tak acuh ketika ditegur masyarakat.
Indah bukan?!
Kritik klise kita terhadap eksklusifitas kelompok Salafi mereka jawab dengan mulai terjunnya mereka ke masyarakat.
Tapi saat mereka mulai aktif dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga dakwah mereka semakin diminati, mereka malahan dituduh sebagai kelompok sesat dan meresahkan warga serta terlibat atau menyebarkan paham terorisme. Absurd!
Jadi wajar kalau sekarang orang menilai bahwa kelompok yang gemar melempar tuduhan ke kelompok lain itu sebenarnya cuman nyari-nyari masalah ajah. Entah kenapa, mungkin merasa merasa iri, dengki atau khawatir tersaingi?
Atau takut ditinggalkan jama'ah kah?
Masa' sih? Paling besar koq kelakuannya begitu?
Jama'ah, Oooh Jama'ah.... 🙄
*fb (09/04/2021)
SALAFI Dulu, tahun 2000 ke bawah ketika dakwah tarbiyah mulai menggeliat di tengah masyarakat, pengajian liqo'an...
Dikirim oleh Aisha Rara pada Kamis, 08 April 2021