[PORTAL-ISLAM.ID] Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam beberapa bulan ke depan bakal mengizinkan penggunaan hijab bagi para perawat Muslim di sana.
Itu diucapkan Lee setelah berdialog secara tertutup dengan komunitas Muslim Melayu dan perwakilan pemimpin agama pada Sabtu (10/4/2021). Menurut Lee, jilbab telah menjadi sebuah busana umum di Negeri Singa tersebut.
"Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya telah menyimpulkan, kami harus bersiap untuk mengambil tindakan seperti itu (membolehkan jilbab) untuk perawat karena sikap orang-orang telah berubah, karena dalam peraturan sosial dan pekerjaan, jilbab sekarang lebih umum," kata Lee dilansir dari Channel News Asia.
Lelaki berusia 69 tahun ini menambahkan, sejatinya pemerintah Singapura telah mempertimbangkan perihal diizinkannya perawat menggunakan jilbab sejak lama. Pemerintah Singapura pun telah berkonsultasi secara intensif dengan sejumlah pihak secara diam-diam.
Lee menjelaskan, sebelum hal tersebut diumumkan ke publik secara resmi, harus didasari landasan pemikiran yang kuat. Dalam artian ada kajian mendalam dan keputusan yang dibuat ini bisa membuat semua pihak menerima dengan lapang dada.
"Kami harus memastikan bahwa semua orang memahami ini adalah penyesuaian yang cermat. Kami ingin orang-orang menyadari batasannya, saat kami melakukan perubahan ini. Kami harus memastikan bahwa warga Singapura, baik Muslim maupun non-Muslim, siap menerima langkah tersebut," Lee menerangkan.
Dengan pemikiran dan pertimbangan yang cermat, proses ini disebut Lee akan memakan cukup waktu. Karenanya Lee meminta para pemimpin masyarakat untuk membantu Pemerintah Singapura dalam proses tersebut selama beberapa bulan ke depan.
"Saya berharap pada Rapat Umum Hari Nasional, yang akan berakhir pada akhir Agustus (2021), kami sudah siap untuk membuat keputusan, dan saya akan memiliki sesuatu untuk dilaporkan," ujar Lee.
Dialog tentang penggunaan jilbab bagi perawat sudah dicetuskan Lee sejak 2014 atau pada tahun pertamanya menjadi PM Singapura. Lee banyak melakukan diskusi tertutup dengan komunitas Muslim Melayu dan para pemimpin agama.
"Kami adalah negara multiras dan multiagama. Ini adalah keseimbangan yang rumit, tapi kami berkomitmen penuh untuk menjaga harmoni kami, dan untuk menjaga ruang bersama kami. Kami ingin menghindari terciptanya konsekuensi yang tidak diinginkan," ucap Lee.
Menteri Urusan Muslim Singapura, Masagos Zulkifli mengatakan, dialog Lee itu merupakan langkah yang konstruktif dan jujur. Karenanya para pemimpin masyarakat di Singapura diminta mendengar dengan saksama apa posisi dan pertimbangan pemerintah.
"Intinya adalah bagaimana kami menjaga keseimbangan dalam memungkinkan perawat mengenakan jilbab dengan seragam mereka, sehingga keputusan ini mendapat dukungan semua komunitas, menjaga kesamaan ruang, dan sekaligus memperkuat kohesi sosial," katanya.
Selama ini Pemerintah Singapura tak mengizinkan perawat mengenakan jilbab karena dikhawatirkan dapat merusak harmonisasi dengan pasien. Sebagai negara bebas, Singapura sangat berhati-hati dengan persoalan publik yang beririsan dengan bisnis.
"Kami berempati bahwa mereka ingin menjalani kehidupan religius yang bermakna setiap hari, karena ini juga identitas agama mereka. Kerukunan ras dan agama kami sangat berharga dan komunitas Muslim Melayu akan menjaganya bersama dengan warga Singapura," katanya.
"Kami akan terus melibatkan warga Singapura dalam masalah ini. Saya berharap untuk mencari dukungan semua orang saat kami membahas masalah ini, dan bekerja menuju hasil, yang dapat diterima oleh semua warga Singapura," kata Masagos.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Singapura, Kasiviswanathan Shanmugam, pada akhir Maret lalu telah memberi isyarat bahwa akan ada perubahan sikap Pemerintah terkait perawat berjilbab. (CNN)