Nanggala 402 & Kritik Tatakelola Negara
Oleh: Tengku Zulkifli Usman*
Nanggala 402 dalam analisa banyak pengamat, tenggelam tiba tiba karena malfunction.
Karena saat kontak terakhir tanggal 21 April lalu, kapal ini masih dalam posisi hidup dan tidak mengalami Blackout.
Menurut saya, kapal ini mati mendadak karena memang faktor usia dan kualitas kapal yang sudah buruk.
Kapal ini melakukan maintenance besar-besaran terakhir 2012 di Korea Selatan, sedangkan soal spare part kapal ini sudah sangat langka.
Ahli dari Korea Selatan yang sempat mereparasi kapal ini juga memberi tau bahwa, kapal ini tidak boleh lagi menyelam di kedalaman lebih dari 200m karena faktor usia. Walaupun secara spesifikasi teknis dia bisa menyelam sampai 300-350m. Itu spesifikasi teknis jika kapal dalam kondisi baru.
Faktor usia kapal yang sudah sangat uzur inilah yang membuat banyak pakar maritim dan ahli kapal selam tidak lagi bisa memprediksi kualitas kapal secara akurat.
Walaupun kapal ini memiliki izin menyelam sampai sampai 2022, tapi perlu di ingat hanya berlaku sampai bulan Maret 2022 saja. Menurut saya perpanjangan izin menyelam ini juga tidak layak mengingat record peremajaan kapal ini buruk menurut data yang ada.
Faktor usia kapal inilah yang menjadi faktor utama kapal ini sudah tidak bisa lagi dipakai seharusnya apalagi untuk latihan tempur.
TNI sudah menyatakan bahwa kapal Nanggala 402 ini tidak tenggelam karena human error, artinya kualitas kapal inilah yang menjadi sebab utama. Bukan karena awaknya.
Melihat usia kapal dan record peremajaan kapal, patut dicurigai bahwa kapal ini memang sudah tidak layak jalan dan izin menyelamnya terindikasi terlalu "dipaksakan".
Soal beredar rumor bahwa Nanggala 402 ditembak rudal atau torpedo musuh itu jelas adalah hoax.
Jika saja Nanggala 402 kena tembak atau torpedo, maka akan ada lubang besar di kapal atau kapal bisa saja hancur berkeping keping.
Menurut keterangan TNI setelah ada capture visual dari kapal Nanggala 402 ini yang dilakukan oleh kapal canggih Singapore, Nanggala tidak hancur dan tidak ada lubang.
Nanggala hanya pecah dan patah menjadi tiga bagian. Ini bisa jadi faktor jatuh yang terlalu dalam dengan bobot ribuan ton. Jika patah menjadi 3 bagian maka sangat masuk akal.
Karena jika saja Nanggala kena Torpedo musuh apalagi ditorpedo oleh kapal musuh negara besar baik Cina atau Prancis. Tentu Nanggala akan hancur berkeping keping. Mengingat jenis rudal yang dipakai Cina dan Prancis bukanlah rudal jadul tapi rudal super canggih buatan tahun 2018-an yang dipasang di kapal kapal perang atau kapal kapal selam terbaru mereka.
Nanggala 402 bisa jadi dapat diselamatkan terutama para awaknya, jika saja pada hari pertama Nanggala hilang, kita punya kapal canggih seperti milik Singapore yang bisa langsung mengejar Nanggala dan mendeteksi kondisinya.
Nanggala 402 bisa saja dapat selamat jika saja dihari pertama kapal ini hilang kontak dengan status masih submiss dan belum naik jadi subsunk, kita punya kapal selam mini yang langsung bisa mengejar Nanggala ke dasar laut dan segera mengevakuasi para awak kapal dengan metode canggih ala kapal selam mini itu.
Sayangnya kita tidak punya semua itu, sehingga Nanggala sangat lambat dan lelet ditangani. Harus menunggu bantuan Singapore yang memakan waktu cukup lama, ditambah menunggu kapal bantuan Malaysia dan pesawat P8 Pesoidon AS. Ini sangat disayangkan.
Padahal jika kita punya semua alat canggih penyelamat kapal selam itu, nasib Nanggala bisa jadi tidak se-tragis ini. Ini soal ikhtiar maksimal bukan soal hasil atau pasrah dengan takdir, kita ini sebuah negara bukan sebuah yayasan yang lemah.
Wibawa negara kita hancur dimata dunia jika cara cara kita mengelola negara seperti ini. Dengan logika apa adanya, ala kadarnya. Padahal ini menyangkut soal kedaulatan, keselamatan anak bangsa, dan harga diri kita sebagai sebuah bangsa besar.
Jika kita lebih rapi dalam bekerja, rapi dalam perencanaan, banyak tenaga ahli yang bekerja disekitar eksekutif, legislatif, pertahanan terutama. Maka cara kerja kita tidak akan seburuk ini.
Oleh karena itu, negara tidak bisa dikuasai oleh satu golongan. Bagi bagi kursi kekuasaan pasca pilpres, bagi bagi kursi bagi tim sukses dst. Akhirnya negara tidak diurus oleh ahlinya, tapi diurus oleh kolega kolega oligarki yang membuat kualitas pengelola negara hanya seperti kualitas pengelola yayasan amal.
Inilah mengapa perlunya semua komponen bangsa menghormati demokrasi. Mengutamakan nasib bangsa, tidak nepotisme dalam membagi tugas kepengurusan negara.
Agar negara ini benar benar diurus oleh ahlinya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat. Bukan diurus oleh para parasit yang numpang nama dalam daftar tim sukses pemilu per lima tahun yang ingin mengambil keuntungan diatas kerugian bangsa kita tercinta.
*Penulis adalah Pengamat Politik & Pengurus Pusat Partai Gelora Indonesia.