[PORTAL-ISLAM.ID] Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni merespons pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, yang menyebut ajaran Wahabi dan Salafi sebagai pintu masuk terorisme. Syafiq menegaskan terorisme bisa masuk melalui berbagai pintu.
"Salafi itu bukan mazhab yang monolitik. Ada banyak varian di dalamnya. Kalau ada teroris yang berpaham Salafi, tidak berati salafiyah identik dengan terorisme. Jika ada teroris yang beragama Islam, tidak berarti Islam mendorong terorisme. Jika ada teroris berbangsa Indonesia, tidak berarti bangsa Indonesia itu teroris. Terorisme bisa masuk melalui pintu agama, ideologi, politik, etnisitas, ekonomi, dan lain-lain. Berwacana memerlukan logika, tidak sekedar retorika," kata Syafiq seperti dilansir detikcom, Rabu (31/3/2021).
Syafiq lantas menjelaskan peran Muhammadiyah dalam menyuarakan Islam berkemajuan. Dalam pandangan Muhammadiyah, kata Syafiq, perbedaan mazhab merupakan kekayaan yang harus dikelola untuk kemajuan.
"Muhammadiyah itu menyuarakan Islam berkemajuan karena Islam yang benar akan mendorong umatnya untuk maju, bukan memecah belah. Di dalam kemajuan ada perdamaian, persaudaraan, kasih sayang yang dinamis, bukan yang statis. Muhammadiyah memandang perbedaan mazhab sebagai kekayaan yang dikelola untuk kemajuan. Pilihan Muhammadiyah untuk tidak bermazhab misalnya Salafi atau Wahabi menjadikannya berpikir lebih jernih karena tidak terbebani sebagai stigma sektarianisme," tutur Syafiq.
Sebelumnya, Said Aqil berbicara mengenai strategi untuk menghabisi jaringan terorisme. Said Aqil menyebut pemberantasan jaringan terorisme dilakukan harus dari benihnya atau pintu masuknya ajaran ekstremisme, yaitu ajaran Wahabi.
"Ini artinya, kalau kita benar-benar sepakat, benar-benar kita satu barisan ingin menghabisi jaringan terorisme, benihnya dong yang harus dihadapi. Benihnya, pintu masuknya yang harus kita habisi. Apa? Wahabi, ajaran Wahabi itu adalah pintu masuk terorisme," kata Said Aqil dalam webinar 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' yang disiarkan di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3).
(Sumber: Detikcom)