PRABOWO NGAPAIN AJA?
Menhan ngapain aja? Kok bisa-bisanya kapal selam yang sudah tua masih digunakan oleh aparat TNI. Bukankah sudah banyak kejadian kecelakaan pesawat yang makan korban jiwa prajurit karena ketidak layakan usia alusista yang dipakai?
Seharusnya Menhan paham hal ini, karena dalam debat pilpres kemarin Menhan sudah mewanti-wanti bagaimana kesiapan alusista kita yang sangat minim dan usianya pun sudah diatas 30 tahun.
Menhan ngapain aja? Malah ngurus Food Estate seolah masalah alusista ini telah beres dijalankan. Mengambil pekerjaan di Food Estate mencitrakan Menhan gak ada kerjaan dibidang Hankam.
Mungkin begitulah penjabaran tulisan Tere Liye yang menpertanyakan peran Menhan atas tanggung jawabnya memperbarui alusista negara kita.
Bagaimanapun Menhan adalah pihak yang bertanggung jawab atas ketersediaan alusista dan pembaruannya.
Thanx Tere Liye, udah mampu mengupas masalah ini walau dalam kalimat yang kecil jumlahnya.
ALUSISTA
Keberadaan alusista kita memang memprihatinkan. Selain usia tua, banyak alusista kita terpaksa melakukan kanibalisasi untuk spare part yang dibutuhkan. Sebagai informasi saja, jumlah kapal selam kita menurut informasi pernah mencapai 30 unit. Kapal selam tersebut berasal dari sisa perang dunia ke II.
Bahkan yang satu angkatan dengan Nanggala 402, sebenarnya kita memiliki 12 unit. Namun hanya menyisakan 1 unit yaitu Nanggala. Dan besar kemungkinan spare part Nanggala 402 adalah menerapkan sistim kanibal dari kapal selam sejenis, sehingga hanya 1 kapal selam Nanggala saja yang masih bisa dioperasikan. Karena kapal selam lainnya, harus terparkir karena ketiadaan spare part yang sudah berpindah alih ke kapal selam lainnya.
Pembelian alusista utama khususnya pengadaan pesawat tempur dan kapal laut include kapal selam, bukan seperti membeli kacang di pinggir jalan yang langsung kita makan begitu menemukan penjual di trotoar jalan.
Membeli alusista utama tersebut harus melakukan dulu kerja sama mengenai berbagai teknologi yang digunakan.
Jangan diartikan ketika Jerman/Perancis/AS/Rusia menawarkan pesawat tempur ke kita, itu pesawatnya udah ada atau tersedia di showroom secara bebas. Dan saat kita menginginkan, kita bisa main tunjuk lalu menaikinya dan mengajaknya berpatroli di udara nusantara.
Ketika negara memutuskan membeli pesawat tempur baru, maka butuh waktu 3-4 tahun baru pesawat tersebut bisa datang ke negara kita.
"Kenapa membutuhkan waktu yang lama?"
Karena pembuatannya harus menyesuaikan dengan sistim komunikasi militer kita.
Sebagai contoh kode-kode komunikasi militer itu berbeda disetiap negara. Alpha, beta, charlie, tango gak selalu sama artinya dalam setiap kode militer negara.
Memasukkan teknologi yang sesuai dengan sistim komunikasi kita, itu membutuhkan waktu yang lama. Belum lagi peraturan yang harus menerapkan TOT dalam pembelian alusista seperti pesawat, kapal laut dan kapal selam.
Maka itu dalam setiap kerja sama pengadaan alusista baru, negara kita menerapkan sistim ToT, yaitu Transfer of Teknologi. Dimana saat kerjasama terjalin, maka akan ada wakil dari negara kita yang ikut dalam proyek pembangunan pesawatnya.
Ada opsi mempercepat pembelian alusista utama, yaitu dengan membeli barang bekas. Pembelian barang bekas walau tidak membutuhkan waktu 3-4 tahun, tetap saja membutuhkan waktu untuk upgrade sistim yang ada ke sistim komunikasi yang kita punya.
Dalam pengalaman yang kita punya, telah banyak alusista bekas yang digunakan.
Akhir dekade 1970 Indonesia secara rahasia membeli pesawat skyhawk bekas pakai Israel, di akhir pemerintahan Presiden Barack Obama, Indonesia juga menerima hibah 24 pesawat tempur F 16 block 25 bekas pakai Angkatan Udara AS. Setelah mengalami rekondisi, pesawat tersebut memiliki kemampuan menjadi F 16 Block 52ID.
Indonesia juga pernah menerima hibah pesawat C 130 Hercules dari Australia beberapa tahun lalu. Indonesia juga kini mengoperasikan enam buah kapal fregat kelas Ahmad Yani yang merupakan bekas pakai dari kelas Van Speijk Angkatan Laut Belanda. Indonesia juga pernah membeli sejumlah kapal korvet dan landing ship tank (LST) eks Jerman Timur dari Jerman saat pemerintahan Presiden Soeharto. Begitupula pembelian Tank Leopard 2A4 dan Marder bekas Angkatan Darat Jerman. Indonesia juga dikabarkan berencana membeli fregat kelas Bremen yang dalam waktu dekat akan dipensiunkan Angkatan Laut Jerman.
Saat ini beberapa alat perang bekas diatas sudah masuk gudang karena faktor umur. Suku cadang yang bisa dipakai terkadang harus melakukan kanibalisme untuk memperbaiki dan merekondisi alat tempur sejenisnya.
Menhan Prabowo sebenarnya dalam posisi dilematis. Disatu sisi ia harus cepat mengambil kebijakan memperbarui alusista kita, karena hampir 70% alausista kita sudah purna tugasnya. Namun Menhan pun harus memikirkan keberlanjutan andai jalan pintas membeli barang bekas yang ia lakukan.
👉 Membeli barang bekas, akan memperpendek usia pemakaian. Nilai plusnya waktu tunggu tidak lama.
👉 Membeli barang baru membutuhkan waktu lama menghadirkan alusista ditengah kita. Namun nilai plusnya, kita mendapatkan teknologi yang bisa kita gunakan untuk membuat barang serupa serta usia pemakaian yang relatif lama.
Prabowo saat memgemban jabatan Menhan, memang fokus dalam memperbarui alusista kita. Buktinya anggaran kemenhan adalah anggaran kementrian yang paling tinggi nomor 2 setelah Kementrian PUPRA. Ratusan triliun dianggarkan untuk Kemenhan untuk tujuan memperbarui alusista kita.
Dan proses pembaruan itu sedang berjalan dalam treknya. Target sampai tahun 2024, negara kita sudah bisa mendatangkan alusista modern dan jumlahnya bukan sedikit.
Mungkin kita pernah membaca atau mendengar kunjungan menhan ke berbagai negara adidaya, kunjungan tersebut dalam rangka menguatkan kerjasama untuk pembelian alusista, khususnya armada pesawat tempur dan memperkuar armada laut kita, termasuk kapal selam.
Thanx Tere Liye..
Berterima kasih pada Tere Liye yang mau mengangkat masalah ini secara tersirat.
Karena sebelumnya, banyak tudingan dan juga penilaian miring pada Menhan atas besarnya anggaran yang dialokasikan. Banyak tuduhan bahwa kita belum mendesak memiliki armada tempur sesuai keinginan Menhan. Bahkan ada yang membandingkan dengan keadaan dan situasi rakyat yang masih kekurangan, tidak etis apabila kementrian yang malah menghamburkan uang untuk memperkuar armada tempurnya.
Sekarang semua pihak bisa sadar, betapa rapuhnya sistim pertahanan negara kita dengan melihat fakta armada tempur kita yang sangat rentan dimakan usia. Beberapa tahun lalu kecelakaan pesawat militer kerap terjadi yang memakan korban prajurit terbaik TNI. Sekarang kembali terulang di kapal selam Nanggala 402. Semuanya karena faktor usia alusista yang sudah uzur dan perlu diperbarui.
Menhan memang harus ditunjuk atas fakta yang ada saat ini. Karena kedudukan Menhan dalam pengadaan alusista adalah pemutus kebijakan.
Untungnya Menhan kita memang sedang fokus dimasalah tersebut saat ini. Sudah benar kita bertanya dan jawabannya sudah dijalankan oleh Kemenhan.
Kata lainnya, jawaban Menhan merujuk pada slogan Semen Padang..
"Kami telah berbuat, sebelum yang lain memikirkannya.."
Mohon bersabar, semuanya sedang berjalan. Karena membeli pesawat tempur, kapal laut atau kapal selam bukan seperti membeli mobil avanza di bukalapak. Dimana tinggal order, dan barang langsung datang untuk kita gunakan saat ngabuburit.
Memesan alusista, seperti memesan nastarnya bang Adhan. Order dulu dan dibuatkan dulu sesuai toping atau rasa yang diinginkan. Setelah jadi, barulah nastarnya dikirim ke rumah kita. Semoga aja paham dengan ilustrasi sederhana ini.
Jangan juga beranggapan beli alusista bisa COD ya. Sekali lagi itu alusista, bukan martabak.
Thanx Tere Liye..👍
CMIIW.
(By Setiawan Budi)