[PORTAL-ISLAM.ID] Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)
Gaduh lagi, gaduh lagi. Negeri ini sepertinya tak ada henti-hentinya dengan yang namanya kegaduhan. Kegaduhan yang satu belum reda urusannya sudah disusul kembali kegaduhan berikutnya.
Kegaduhan yang teranyar ini munculnya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yaitu soal Kamus Sejarah Indonesia (KSI) yang patut diduga berbau atau rasa Komunis. Yang sebelumnya gaduh soal hilangnya Pancasila dan Bahasa Indonesia yang tiba-tiba hilang dari Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Berbicara soal kamus, tentu yang namanya kamus perlu dimaklumi pastinya bersifat subjektif, karena isinya pasti akan sesuai dengan mainstream pemikiran si penulis atau penyusunnya. Penulis/penyusun KSI ini rupanya sedang coba-coba atau melakukan “Test The Water” dengan menghilangkan nama salah seorang yang tentunya nama yang dihilangkan tersebut sangat dikenal perjuangan dan dedikasinya terhadap bangsa ini.
Penghilangan nama K.H. Hasyim Asy’ari dari KSI jilid I, sontak saja menimbulkan kegaduhan. Si penyusun yang patut diduga dengan sengaja menghilangkan nama yang dimaksud sambil menunggu adakah reaksi dari ummat, khususnya kaum nahdliyin?
Patut diduga pula penyusun KSI ini sengaja memasukkan nama gembong-gembong Partai Komunis Indonesia (PKI) ke dalam kamus agar generasi muda zaman now mengenal mereka sebagai pejuang republik ini. Hal ini layak diindikasikan ada faktor kesengajaan sesuai dengan maintream pemikiran penulis yang sudah dirancuni ideologi komunis.
Waspadalah, disadari atau tidak, kini ummat Islam sedang dikebiri sekaligus ditakut-takuti dengan stigma negatif intoleran, radikal, teroris dan lain sebagainya oleh kaum sekuler radikal, kafir dan munafik. Sehingga tanpa disadari syiah dan komunis yang membahayakan aqidah dan NKRI dengan mudah menyusup ke berbagai sisi kehidupan keseharian kita.