I N D I (BE) G O
By Fissilmi Hamida
Asli ya. Tiap ada musibah, selalu saja ada kaum indi(be)go yang pansos. Termasuk di musibah Nanggala 402 ini.
Sebelumnya aku mau bahas soal keluarga korban yang masih tahap denial karena berkaitan sama pansosnya para indi(be)go ini.
💕
Jadi, banyak keluarga korban yang seolah tampak berharap, padahal itu fase denial atas kehilangan dengan mengesampingkan fakta-fakta terkait insiden.
Beberapa menunjukkan fase denialnya dengan marah-marah ke netizen yang menuliskan kalimat-kalimat bela sungkawa.
Bahkan ada salah satu yang marah pada netizen yang menuliskan kalimat istirja' innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Padahal kalinat istirja' kan bukan semata untuk orang meninggal. Istirja' memang seyogyanya diucapkan seorang muslim saat mengalami/mendengar/melihat suatu musibah.
Ada juga yang tetap mengirimkan chat ke WhatsApp. Hiks ya Allah sedihnya. 😭 Jadi ingat pramugari yang juga melakukan hal serula saat suaminya jadi korban jatuhnya Sri Wijaya.
Eh, ada saja netizen toxic yang nggak bisa memaklumi fase denial para keluarga korban ini padahal, fase denial itu WAJAR ketika seseorang mengalami kehilangan. Apalagi kehilangan dengan cara tragis begini.
Ya kita aja yang bukan siapa-siapanya korban banyak yang ikut menangis berhari-hari, kan? Apalagi mereka.
Netizen toxic ini lalu komentar toxic semisal,
"Itu keluarga korban nggak bisa baca berita apa? Berharap boleh. Bego jangan."
"Norak banget keluarga korban. Pakai sih logikanya. Mana ada orang masih hidup tanpa udara."
"Gitu deh kalau kurang iman. Nggak bisa terima kenyataan."
Dan komentar-komentar super toxic lainnya.
MaasyaAllah.
Jahat sekali, kan?
Padahal, cukup biarkan mereka menjalani fase denial karena sekali lagi, itu wajar. Jangan paksa mereka menerima kenyataan. Biarkan saja mereka terus mengukir harapan karena dengan begitu, siapa tahu mereka jadi lebih bisa perlahan menerima ini semua. Sementara jika dipaksa, mereka bisa gila.
Kita nggak ada di posisi mereka. Kita nggak tahu hancurnya jiwa mereka dan barangkali, denial phase ini justru jadi cara mereka untuk bertahan.
💕
Nah, masuk ke inti pembahasan saat kaum indi(be)go pansos menyebalkan.
Sebut saja AA, salah satu putri korban yang masih dalam fase denial ini. Eh, ada indi(be)go yang DM dia dengan info begini.
Ini aku ketik ulang persis ya isinya. Kesalahan dan hancurnya tata bahasa memang dari si pengirimnya. Aku hanya membetulkan PUEBI dasar dan singkatan.
💕
"PERMISI SIS MAU NGASIH TAHU SESUATU TAPI MAU PERCAYA ATAU TIDAKNYA ITU TERGANTUNG.
KELUARGA SAYA YANG BISA NGELIAT BILANG KALAU ORANG-ORANG YANG DI DALAM KAPAL ITU MASIH HIDUP. WALAU OKSIGENNYA DIBILANG SUDAH HABIS, TAPI INSYAAALLAH MASIH HIDUP, SIS. KAPALNYA TERSANGKUT BATU KARANG.
SEBENARNYA AIRNYA TIDAK BERAT TAPI KAPALNYA ITU TERSANGKUT SESUATU ITU YANG BIKIN BERAT.
DI SANA SUDAH MEMANG TIDAK ADA CAHAYA KARENA TERLALU DALAM.
....
KELUARGA SAYA YANG BISA INI MASIH BERUSAHA BUAT NGANGKAT NAIK KE ATAS.
(Sorry, keluarganya yang indi(be)go itu berusaha mengangkat Nanggala 402 ke atas maksudnya apa deh? Pakai apa deh? Dengan dia merem lalu pura-pura jiwanya menyelam di laut Bali? Ckckck).
....
YANG BIKIN SUSAH NAIK ITU ADA 2, SIS. GURITA SEMACAM KERAKEN DAN MEGANG SAMA NYANGKUT KARANG.
....
💕
Dan, DM ini direpost sama AA.
MaasyaAllah.
Kalian para indi(be)go bisa nggak sih nggak usah pansos tiap ada musibah begini?
Para korban itu sedang berada di fase denial dan fase ini tuh berat banget. Yang mereka butuhkan adalah DOA & DUKUNGAN.
Bukan komentar yang memaksa mereka segera menerima kenyataan, bukan pula harapan palsu seperti komentar-komentar indi(be)go nggak guna itu.
Kalau memang kalian para kaum indi(be)go tahu PASTI, sok sana ajukan diri memimpin pencarian korban. Sok sana menyelam, kan kata di indi(be)go, tekanan air laut dengan kedalaman lebih dari 700 meter itu nggak berat.
Wallahi, aku kesel ya Allah.
Double annoying banget sih duet antara netizen toxic dan netizen indi(be)go.
Belum lagi kaum-kaum pemuja konten yang bikin konten candaan plus kaum cocoklogi murahan.
💕
Kayaknya kudu bikin video ngomel Jowo lagi biar afdhol!
*heterochromia : mata beda warna.
Iya ini mata asliku, Gaes. Beda warna. Istilah medisnya heterochromia. MaasyaAllah, unik ya.
[fb penulis]