[PORTAL-ISLAM.ID] JOGJA - Masjid Jogokariyan Yogyakarta merupakan masjid kampung yang dikenal dunia. Baru-baru ini ramai diperbincangkan atas galang dana untuk membeli kapal selam menyusul tenggelamnya KRI Nanggala 402.
Masjid yang terletak di Jl Jogokariyan 36, Kalurahan Mantrijeron, Kapanewon Mantrijeron, Kota Yogyakarta ini memiliki sejarah panjang untuk bisa dikenal dunia hingga saat ini.
Berikut 4 Fakta Masjid Jogokariyan Yogyakarta:
1. Berawal dari Langgar Kecil hingga Mendunia
Masjid Jogokariyan dibangun pada tahun 1966 tepatnya pada tanggal 20 September. Baru satu tahun setelahnya masjid ini mulai digunakan untuk beribadah. Seperti dikunjungi detikcom pada 2015 silam, pembangunan masjid ini memiliki sejarah panjang.
Awalnya masjid Jogokariyan didirikan di selatan kampung Jogokariyan. Dulu masjid ini masih berupa langgar kecil. Tanah yang digunakan adalah wakaf dari salah seorang pedagang batik dari Karangkajen, Yogyakarta.
Pada waktu itu, Ustadz Amin Said yang merupakan takmir pertama masjid Jogokariyan mengusulkan untuk memindahkan masjid agar berada di tengah-tengah perkampungan. Akhirnya seperti diketahui sampai sekarang, masjid Jogokariyan berdiri di tengah-tengah kampung tepatnya di sudut perempatan.
Seiring berjalannya waktu, pembangunan demi pembangunan terus dilakukan. Pada tahun 2006 didirikanlah Islamic Center di sisi timur bangunan utama masjid. Segala aktivitas dan pelayanan jamaah dilakukan melalui Islamic Center. Masjid Jogokariyan juga membuka kesempatan infaq bagi siapapun yang berkenan.
Baik di bulan Ramadhan maupun di luar itu masjid Jogokariyan selalu ramai dikunjungi jamaah. Menariknya, tidak hanya jamaah dari Yogyakarta saja yang melakukan ibadah di sana. Muslim luar Yogyakarta bahkan dari luar negeri juga turut beribadah di masjid ini.
2. Manajemen Masjid Modern
Dikutip dari situs Masjid Jogokariyan, masjid ini memiliki manajemen yang tergolong modern. Pelayanan yang dilakukan berorientasi pada jamaah. Sehingga, setiap kegiatan yang dilakukan dikembalikan pada kenyamanan dan kesejahteraan jamaah.
Manajemen Masjid Jogokariyan berlandaskan pada nilai-nilai masjid jaman Rasulullah SAW, yakni bermanfaat dan mensejahterakan masyarakat sekitar.
Secara umum, konsep manajemen masjid Jogokariyan terdiri dari pemetaan dakwah, pelayanan, dan pemberdayaan. Pihak masjid melakukan pendataan para jamaahnya yang kemudian dimasukkan dalam data base masjid.
3. Memiliki Berbagai Program Unggulan
Masjid Jogokariyan memiliki beberapa program unggulan yang mendukung perkembangan jamaah masjid. Di antaranya peta dakwah sebagaimana yang digunakan dalam manajemen masjid dan infak nol rupiah. Infak yang diperoleh dari jamaah akan dikembalikan kepada jamaah dalam bentu pelayanan ibadah yang nyaman.
Program unggulan lain berupa shodaqah ATM Beras yang kemudian disalurkan kepada orang yang membutuhkan. Ada juga program mensholatkan orang hidup dan gerakan jamaah mandiri.
Salah satu program yang ramai kunjungan terlebih pada bulan ramadhan adalah kampoeng ramadhan. Program ini menghimpun seluruh warga Jogokariyan untuk memeriahkan bulan Ramadhan melalui event besar seperti takjil.
4. Menyediakan Layanan Tes GeNose Gratis
Pada bulan Maret lalu, masjid Jogokariyan menggelar layanan tes GeNose bagi para jamaah dan warga sekitar. Jamaah tidak dikenakan biaya, tapi dipersilakan untuk menggantinya dengan infak seikhlasnya.
Seperti dikatakan Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan saat dikunjungi detikcom 27 Maret lalu, layanan tes ini sudah direncanakan sejak lama mengingat tingginya kasus COVID-19. Tapi baru terealisasi bulan Maret karena harus menunggu antrean selama tiga bulan.
Tes GeNose dinilai lebih terjangkau sehingga bisa memangkas biaya. Masyarakat umum juga bisa melakukan tes di Masjid Jogokariyan dengan dikenakan infak pengganti sebesar Rp 15 ribu saja.
Itulah profil Masjid Jogokariyan, masjid kampung bersejarah yang memiliki banyak program untuk pelayanan jamaah.
(Sumber: detikcom)