Kearifan Lokal Semau Elu
Elu mah, emang gitu orangnya.
Kalau urusan mabuk, miras, baru mendadak bilang ini 'kearifan lokal'. Kita harus lestarikan. Harus kita jaga. Coba kalau urusan lain, nggak elu ambil kearifan lokalnya.
Misal, di Sulawesi sana, ada yang namanya Siri', apa artinya? Rasa malu, harga diri. Malu saat berbuat salah, malu saat mencuri, malu saat menipu, bohong. Dan berani menegakkan harga diri saat kehormatan ini rusak. Nah, coba yang ini elu bahas juga dong. Saat mau korupsi, kau bahas inilah.
Misal lagi, di Sumatera, ada yang namanya hutan larangan, hutan adat. Wah, ini kearifan lokal yang crazy mulia dan eloknya. Jangan rusak itu hutan, agar kehidupan berlangsung harmonis. Dirawat, dihormati. Nah, saat kau mau bikin kelapa sawit, bakar2 hutan, kau bahas kearifan lokal ini. Itu kemarin geng yg mutusin soal miras, pernah tidak bawa2 kearifan lokal ini saat geng yg mungkin sama juga orangnya bahas kelapa sawit? Ohhh, tidak ternyata. Malah, jangan2 punya perusahaan kelapa sawit? Kok tidak sibuk kau bahas kearifan lokal yg ini?
Duuuh, Gusti.
Kalian harus tahu, sudah tabiat buruk sebagian besar manusia, dia memilih2 argumen, dia mencocok2kan alasan. Dia pilih yg cocok saja, dia buang yang tidak. Tukang comot saja.
Saya sungguh selalu tertawa gelak setiap kali diskusi soal miras, orang2 ini bawa kearifan lokal. Tapi kok cuma pas urusan gini doang? Pas elu mau reklamasi, pernah bahas kearifan lokal? Bahkan pas elu mau mencalonkan diri jadi pejabat, rebutan banget pengin berkuasa, pernah nggak kamu mengintip sejenak kearifan lokal yg membahas soal ini?
Jangan-jangan tidak pernah.
Bagimu, kearifan lokal hanya relevan jika cocok saja. Jika tidak. Maka lupakan. Persis seperti sebagian fans page facebook Tere Liye. Saat nemu quote2 yg dia suka, cocok, dia sibuuuk comot. Pas nemu quote jangan pamer, jangan lebay pamer ini, itu, eeeh, dia mendadak ngamuk.
Ambyar.
(By Tere Liye)
*dari fb penulis