[PORTAL-ISLAM.ID] Seorang saudara sepupu saya sangat mengidolakan beberapa Ulama yang dia sebut: Ulama Sejuk.
Sebaliknya dia sangat anti dengan beberapa Ulama yang dia sebut: Ulama Garis Keras.
Alasan dia, Ulama harus bertutur kata lembut. Mengajak dan menasehati. Bukan membuat orang jadi saling membenci.
Tentu saja sikap Sepupu saya ini sangat lumrah khususnya di antara Umat Islam.
Saya bilang, tidak ada yang salah dengan sikap untuk lebih menyukai "Ulama-ulama Sejuk" tadi. Hanya saja jadi salah kalau dilanjut dengan sikap membenci Ulama-ulama yang dianggap Garis Keras.
Ajaran Islam bukan cuma mengajak dan menasehati. Tapi juga "Melarang". Setiap orang Islam diwajibkan melakukan Amar ma'ruf dan nahi mungkar. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Sudah sifat manusia lebih senang diajak daripada dicegah. Lebih suka dinasehati daripada dilarang
Pemabuk, Penjudi, Agen Narkoba, Koruptor dan Penjahat lainnya tidak akan marah kalau cuma diajak sholat, bersedekah, zakat dan berpuasa. Bahkan mungkin mereka akan siap bersedekah dan mengeluarkan zakat dalam jumlah yang banyak. Paling tidak mereka anggap mengurangi dosa.
Tapi Pemabuk, Penjudi, Agen Narkoba, Koruptor dam Penjahat lainnya akan melawan kalau dilarang Mabuk, dilarang Berjudi, dilarang Narkoba, dilarang Korup dan dicegah berbuat jahat lainnya.
Makanya wajar kalau Pemabuk, Penjudi, Agen Narkoba, Koruptor dan Penjahat lainnya lebih senang dengan "Ulama Sejuk" yang cuma menasehati daripada "Ulama Garis Keras" yang akan melarang dan mencegah aktifitas dosa mereka.
Jadi beban Ulama-ulama yang berani berceramah untuk mencegah kemungkaran jauh lebih berat dan beresiko daripada Ulama yang lebih memilih "ceramah sejuk".
Ulama-ulama Sejuk biasanya juga akan disukai oleh Penguasa. Sebaliknya Ulama-ulama yang berani "nahi munkar" akan dibenci oleh Penguasa. Karena Penguasa dan Kekuasaan sangat identik dengan kezaliman dan orang-orang zalim.
Masalahnya, kenapa kita-kita yang bukan Penjahat juga keberatan dengan "Ulama Garis Keras"?
Saya terus terang aja. Bagi saudara-saudara Muslim (atau yang mengaku Islam) yang cuma mencintai Ulama-ulama Sejuk dan sebaliknya membenci "Ulama Garis Keras", menurut saya Keimanan dan Keislaman anda baru separuh.
Karena anda cuma mempercayai sebagian isi Al-Quran (nasehat dan ajakan). Sebagian yang lain (ayat-ayat yang melarang) anda tidak mau ikuti.
"Tapi Ulama yang itu menimbulkan perpecahan. Dia menjelek-jelekkan iman orang lain?", kata seorang Sahabat Non Muslim yang keberatan.
Saya jawab,
"Semua Iman dan Agama pasti memiliki ajaran tentang keimanan dan aturan agama masing-masing. Di Islam misalnya, diluar Islam disebut Kafir. Mungkin sebagian saudara-saudara Non Muslim keberatan. Bahkan lucunya sebagian yang mengaku Muslim juga keberatan. Kemudian Ulama yang mengucapkan kata-kata Kafir dianggap radikal. Padahal kata-kata Kafir itu justru kata-kata bahkan nama salah satu Surah dari AlQuran yang menjadi Kitab Suci Umat Islam. Apakah kitab Al-Quran mau kalian tuduh Kitab Radikal?"
"Tapi tidak perlu menyindir-nyindir umat Non Muslimkan?", sanggah Sahabat saya itu.
"Tidak ada sindir-menyindir. Karena yang Ulama ucapkan itu dari Al-Quran. Saya yakin di Kitab agama lain ada juga yang "menyindir" manusia yang tidak ikut agama tersebut. Semuanya tidak ada yang salah. Justru yang salah adalah anda sendiri".
"Lho, kenapa saya yang salah?"
"Ngapain mendengarkan kajian dan ceramah dari Pemuka Agama yang bukan anda anut dan percayai...?".
Dia terdiam.
"Kalau Presiden Amerika berpidato di depan rakyat Amerika, menganggap Negara mereka paling hebat, Polisi Dunia, Pemimpin Dunia, jauh di atas Negara-negara Non Amerika, kita orang Indonesia tidak boleh protes. Kita tidak bisa menganggap Presiden Amerika melecehkan Indonesia. Kecuali Presiden Amerikanya Pidato di Jakarta. Baru kita lempari telur busuk".
Dia masih terdiam.
"Saya tidak pernah protes Pemuka Agama orang lain, karena saya tidak pernah mau mendengar apalagi sampai menonton Ceramah Pemuka agama Orang lain. Kalaupun ada Ceramah Pemuka agama diluar Islam yang menganggap saya kafir atau pendosa saya tertawa saja. Lha saya memang kafir alias ingkar dan tidak percaya sama agama dan iman diluar Islam. Saya justru marah kalau dianggap tidak kafir bagi iman-iman dan agama diluar Islam!".
Maka sikap terbaik kita adalah menyukai keduanya, yaitu Ulama sejuk maupun Ulama garis keras, karena Ulama adalah Warosatul Anbiya (Pewaris Nabi).
Mari ubah mind set kita agar proporsional dalam menyikapi para ulama tsb.
Demikian semoga tercerahkan.
(Azwar Siregar)