GALI LUBANG TUTUP LUBANG
Oleh: Tere Liye*
Baca tulisan ini baik2, resapi, hayati. Jangan marah2 dulu. Jangan ngambek. Baper. Saya, Tere Liye, akan membentangkan data dan fakta tentang utang negara.
Ada tiga argumen, kenapa saya, Tere Liye, lumayan tahu soal utang ini. Pertama, saya lulusan ekonomi. Di kampus yg sama dengan Menteri Keuangan (UI -red). Dua, saya membayar pajak, tertib lapor SPT, dan selalu mengikuti konsen utang negara. Tiga, ini yg juga penting, saya pemegang Surat Berharga Negara (yg sukuk tabungan). Jadi sy tahu sekali siklus jatuh tempo SBN ini.
Per Februari 2021, berapa utang negara Indonesia? 6.361 trilyun. Dua bulan pertama tahun ini, berapa nambah utang Indonesia? Nyaris bertambah 300 trilyun sendiri. Alias, 2 bulan ini, utang kita sdh bertambah nyaris 5% saja. Kenapa terus bertambah? Ada dua sebabnya: 1. Pandemi; 2. Penerimaan pajak semakin seret. Tapi sebentar, sebentaaaar, bahkan per Januari 2020, sebelum pandemi terjadi, utang negara kita itu memang sudah tambah menggila. Nah, kok bisa? Karena pada dasarnya kita penganut anggaran defisit happy ria. Defisit ini ditutup dengan utang. Simpelnya, keinginan banyak, nafsu banyak, tapi tenaga kurang, alias memble. Pengeluaran dibuat banyak, penghasilan tdk cukup. Paham? Pandemi datang, tambah crazy utangnya.
Dari 6.361 trilyun ini, 4.235 trilyun berasal dari SBN (surat berharga negara), terdiri dari utang dgn mata uang rupiah domestik. Nah, ketemu kita dengan istilah SUN (3.464 trilyun) dan SBSN (771 trilyun), alias surat utang negara, dan surat berharga syariah negara. jangan pusing dgn istilahnya, intinya sama. utang dgn mata uang asing SUN/SBSN sebesar 1.263 trilyun. Terakhir berbentuk pinjaman, pinjaman dalam negeri 12,51 trilyun. Pinjaman LN 850 trilyun.
Kebayang sekarang? Jadi utang negara kita itu sebagian besar bentuknya SBN/SUN/SBSN. Nah, siapa pemegang SBN/SUN/SBSN ini? Banyak. Mulai dari individu, yang berbaik hati memberikan utangan ke negara, hingga perusahaan, lembaga keuangan, dll, dsbgnya. Pegang SUN/SBSN ini tidak menarik2 amat sebenarnya, karena bunga (atau bagi hasil utk SBSN), jauh di bawah bunga/bagi hasil bank. Jadi, kamu beli SUN/SBSN, alasannya dua saja, satu aman, dua, karena cinta kepada negara ini. Dipinjami negaranya, biar bisa bagi2 bansos, kartu prakerja, infrastruktur, subsidi BBM, listrik, hingga biar bisa gaji PNS, TNI, polisi, dll, dsbgnya. Termasuk gaji pejabat2.
Data ini ada di mana? Tentu data resmi dari Kemenkeu dan BI. Ketahuilah, data2 ekonomi kita itu dibuat oleh pemerintah juga. Termasuk BPS yang bikin pertumbuhan ekonomi dll. Tidak bisa Tere Liye bikin sendiri datanya. Data ini wajib bersifat terbuka, transparan, dan akuntabel. Salah rumus penjumlahan di kolom excelnya, kacau balau. Tapi tenang saja, pegawai lembaga2 ini buanyak yang kompeten. Mereka siang malam menyiapkan data2 tsb.
Nah, lantas apa yang ingin saya tulis?
Inilah dia masalahnya, my friend. Ketahuilah, kita itu sudah lama masuk dalam siklus gali lubang tutup lubang. SUN/SBSN ini ada yang jatuh tempo 30 tahun. Ada pula yang 2 tahun. Beragam. Misal, saya pegang sukuk tabungan 100 milyar (misal doang loh ya), dengan durasi 2 tahun, sy pegang sejak 1 Jan 2018, maka persis 31 Desember 2019, jatuh tempo sudah itu sukuk tabungan. Pemerintah harus balikin uangnya 100 milyar, plus bagi hasil. Paham?
Nah, yang jadi masalah, SUN/SBSN yg jatuh tempo itu bukan hanya punya Tere Liye doang. Buanyak. Bagaimana pemerintah membayar SUN/SBSN jatuh tempo ini padahal buat memenuhi anggaran rutin saja ngos-ngos-an? Maka jalan keluarnya (yg paling mudah), terbitkan SUN/SBSN baru. Jatuh tempo 50trilyun bulan Januari 2021, maka terbitkan 100 trilyun. Kok banyak? Kan cuma butuh 50 trilyun? Karena, itu bansos pakai duit apa? Kartu pra kerja pakai duit apa? Pesta pora platform penyedia pelatihan ini, tapi mereka lupa, itu uang dari utang semua.
Tahun 2021 ini setidaknya ada 400-600 trilyun utang negara yg jatuh tempo. Data persisnya silahkan minta sama pemerintah. Itu belum menghitung bunga/bagi hasil, yang jika tdk keliru akan berkisar 380-400 trilyun. Artinya apa? Duh Gusti, tahun 2021 ini, pemerintah harus, wajib, musti, kudu menyiapkan sekitar 800-1000 trilyun hanya untuk menutup lubang kemarin, plus bayar bunga/bagi hasilnya. Itu belum bicara soal pembiayaan utk gaji, subsidi, bansos, kartu pra kerja, dll.
Ketahuilah, dik, Indonesia itu sudah mulai masuk siklus gali lubang tutup lubang dengan nilai yang tidak lagi kecil. Dulu sudah begini juga, tapi bedanya, sekarang, angka2 ini semakin lompat, lompat dan lompat. Well, apakah utang negara digunakan utk kegiatan produktif, pembangunan? Itu betul. Sebagian tentu dipakai utk itu. Tapi sisanya? Lihatlah angka2nya my friend.
Dan yang namanya gali lubang tutup lubang, dia bagai bola salju, menggelinding semakin besar. Saya tahu, pejabat2 kementerian itu pasti bilang 'masih aman', 'masih prudent', 'masih terkendali', yes, itu betul. Tapi kita bicara ttg fakta, 2 bulan terakhir saja, utang naik nyaris 5%. Lihat trend-nya.
Apakah bisa kita menghentikan bola salju gali lubang tutup lubang ini? Bisa. Ada dua solusinya: 1. berhentilah pakai anggaran defisit happy ria tsb. Jika memang uangnya tidak ada, mbok ya kamu pangkas pengeluarannya. ngapain sih bela2in bikin begitu banyak pengeluaran? Tahu diri gitu loh. Misal, anggota DPR cukup 100 saja, kan lumayan. Menteri cukup 10 saja, lumayan banget. Juga di pemda2.
Solusi kedua, nah ini yang paling seru, naikkan penerimaan pajak. Jika penerimaan pajak meningkat 20% saja per tahun, waah, itu utang akan turun signifikan. Tapi yg jadi masalah, tingkat kepatuhan pajak di negeri ini ambyar sekali. Gimana mau patuh, sekelas Direktur dirjen pajak saja bisa nyangkut kasus. Apalagi sekelas kepala KPP, dll. Sebentar, jangan marah2 dulu.
Nah, yg bikin tambah kacau, lah, penduduknya memang bandel2. Seriusan loh ini, kamu kumpulkan buzzer2 di media sosial ini, akun2 yg tiap hari menjilat pun mengkritik, karena buzzer ini ada 2 jenisnya. Buzzer penjilat, dan buzzer pengkritik, kumpulkan semua mereka, boleh jadi, ssst, 99% tidak lapor SPT. Kok Tere Liye yakin sekali? Itu mudah saja ngitungnya. Setiap tahun yg lapor SPT itu cuma 11 juta di negeri ini, kurangkan PNS, TNI, polisi, pegawai BUMN, karyawan swasta dari sana, maka sisanya hanya tinggal berapa sih yang lapor? Padahal negeri ini punya 260 juta penduduknya. Kemana mereka?
Belum lagi, lebih kacau lagi, apakah yg sudah lapor (termasuk perusahaan), memang lapor dgn jujur? Duh, saya saja Tere Liye, meskipun lapor, belum tentu jujur. Tapi sialnya saya itu, sedikit diantara wajib pajak yg berkali2 kena pemeriksaan pajak. Hiks, kalian tahu nasib diperiksa pajak? bahkan rekening koran tabungan sy diminta semua, mulai dari transaksi beli aqua 5.000 hingga beli permen, dll, semua dipelototin.
Inilah realitas negeri kita sekarang.
Kita harus menyiapkan 1.000 trilyun tahun 2021 ini utk bayar utang jatuh tempo, plus bayar bunga. 2022? 2023? 2024? Sy kahawatir angkanya semakin menggila. Berharap pajak naik? Suram, my friend. Tax amnesty jilid 2 bahkan mulai dibisik2kan, itu sungguh gejala betapa suramnya situasi.
Apakah bisa pajak dinaikkan? Bisa kalau mau. Saya sudah berkali2 mengusulkannya, kita perlu langkah super crazy gila. Buka semua datang pajak seluruh penduduk. Masukkan ke dalam internet, siapapun bisa lihat. Siapapun bisa ngecek tetangganya, dll, dsbgnya. Tidak ada yg bisa lari. Kan lucu, Si A, jenderal, dengan rekening ndut, pas dibuka, 10 tahun terakhir, berapa pajak yg dia bayar? Huahahaha... Hartanya dimana2, bayar pajak kalah sama tukang bakso. Kok contohnya jenderal? Pengin saja. Toh jenderal di sini merujuk nama aslinya memang 'jenderal'. Jangan cepat tersinggung lah.
Adik2 sekalian, penting sekali masalah utang negara ini dibahas. Karena, itu utang kita semua. Sungguh, orang2 yg tutup mata, marah, benci saat utang dibahas, sy bingung, dia merasa memiliki negara ini nggak sih?
Tapi kenapa kamu berisik sekali Tere Liye? Nah, inilah menariknya, kenapa Tere Liye berisik? Karena saya itu sakit hati. Simpel saja. Saya sakit hati. Sy bayar pajak, saya pegang itu SUN/SBSN utk bantu negara, tapi lihat, jutaan buku2 bajakan sy dijual dimana2. Jadilah sy berisik, minimal biar tdk stres, depresi sy, dgn cara begini, menulis soal utang, sy mendapat dua hal. Satu, sy bisa ngomel2. Dua, sy bisa mengedukasi semua orang.
Mulailah peduli, adik2 sekalian. Karena ini negara kita. Orang2 itu, jika negara ini bangkrut, mereka bahkan bisa hari ini juga terbang ke LN, pindah. Termasuk si 'jenderal'. Bawa keluarganya. Malah diam2 asetnya sdh dr kemarin2 jangan2 di LN. Tapi kita? Kan tidak.
Mari peduli soal utang negara. Boleh negara utang? Tentu boleh. Karena mau gimana lagi? Tapi dgn kita berisik, minimal semoga pejabat2 ini mau memastikan utang2 ini memang bermanfaat. Kan kesal, utang terus, cuma buat dikorup sama menteri dari Gerindra dan PDIP. Terutama yg korupsi bansos ini, duuh Gusti, uang bansos dari utang, untuk orang2 miskin, masih diembat pulak. Kamu tidak marah lihatnya? Atau jangan2 kamu malah marah ke Tere Liye gara2 nulis ini. Baiklah, kamu memang spesial sekali.
Sementara kamu marah2 sama Tere Liye, utang negeri ini terus meroket. Dan kita akan terus gali lubang tutup lubang. Lihatlah, Ibu Menteri sedang memikirkan bagaimana menutup SUN/SBSN yg jatuh tempo bulan2 depan. Juga mikir bagaimana uang utk bansos, kartu pra kerja, dll.
(27/3/2021)
*fb penulis