[PORTAL-ISLAM.ID] Pengamat politik dari Indo Barometer Muhammad Qodari mengusulkan pasangan Jokowi-Prabowo maju dalam pemilu 2024. Hal itu untuk menghindari terjadinya polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat.
"Saya deklarator Jokowi-Prabowo pada 2024 untuk menghindari polarisasi," kata Qodari saat diwawancara di KompasTV, Selasa (16/3/2021).
Menurut Qodari, ada beberapa alasan mengapa pasangan ini layak diajukan. Yaitu, dukungan partai-partai politik di parlemen yang besar saat ini. Sementara yang jadi oposisi hanya PKS dan Partai Demokrat tidak sampai 20 persen. Sehingga pasangan Jokowi-Prabowo akan menjadi calon tunggal di pilpres 2024, yang otomatis tidak akan ada lawan, sehingga tidak akan terjadi polarisasi.
"Karena itu, dengan majunya pasangan Jokowi-Prabowo, maka akan ada kotak kosong. Dengan kotak kosong maka tensi polarisasi akan kecil," ujar Direktur Ekskutif Lembaga Survei Indobarometer itu.
Qodari juga melihat kondisi di lapangan bahwa polarisasi di tengah masyarakat yang sudah mengkhawatirkan. "Perkembangan media digital isu polarisasi. Waspadalah," ujarnya. Qodari kemudian memberi contoh Pilkada DKI Jakarta 2017 yang membuat polarisasi di tengah masyarakat.
Selain itu, konstitusi yang mengatur masa jabatan presiden, harus bisa menjawab tantangan zaman. "Harus bisa jawab tantangan zaman jangan berumah di atas angin," katanya.
Dengan majunya pasangan Jokowi-Prabowo, kata Qodari, maka akan fokus untuk hadapi Covid-19 saat ini dan bisa menjawab tantangan zaman di masa depan.
Sebelumnya, wacana bakal ada penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode, disampaikan secara langsung oleh politikus senior Amin Rais. Sebenarnya, wacana itu sudah mengemuka dalam berbagai forum dan perbincangan di media sosial.
Salah satu pintu untuk melakukan penambahan periode masa jabatan adalah melalui amandeman UUD. Namun, Presiden Jokowi menyatakan tidak berminat untuk menjadi presiden tiga periode.
"Sebagai presiden yang dipilih langsung oleh rakyat berdasarkan konstitusi, maka sikap saya terhadap konstitusi yang membatasi masa jabatan presiden paling lama dua periode, tidak berubah. Saya sama sekali tidak ada niat, juga tidak berminat, menjadi presiden tiga periode," kata Jokowi, Senin (15/3/2021).
Tanggapan Jimly
Mantan Ketua Makamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie mengomentari pernyataan Qodari di atas.
"Apa pengamat politik seperti ini yg disebut oleh pak Jokowi sebagai (1) mencari muka, (2) menampar muka, atau (3) mau menjerumuskan pak Jokowi???" kata Jimly di akun twitternya.
Apa pengamat politik seperti ini yg disebut oleh pak Jokowi sbg (1) mencari muka, (2) menampak muka, atau (3) mau menjerumuskan pak Jokowi??? https://t.co/IvDW1RzDXj
— Jimly Asshiddiqie (@JimlyAs) March 16, 2021
Qodari nggak paham
— YUL EKO RUBIYANTO | WWW.YULEKO.COM (@yuleko) March 16, 2021
Polarisasi itu bukan krn pendukung Prabowo sefanatik pendukung pak Jokowi
Masalahnya Mereka bersebrangan dg Pak Jokowi nya
Jd sekalipun berpasangan dg prabowo kalau ada jokowi pasti akan terus bersebrangan
Begitu kira2 prof ☕😃