Nasihat Gus Baha:
“Jadi kalau bisa, sewaktu kamu meninggal, kamu berstatus sebagai hamba Allah yang meninggal dalam keadaan sujud kepada Allah atau statusnya sebagai orang yang menunggu waktu sujud alias menunggu waktu salat lima waktu. Artinya sebisa mungkin walaupun orang tidak sedang melaksanakan salat, di dalam hatinya selalu tertanam bahwa dirinya sedang menunggu sujud. Misalnya ada orang yang selesai salat Dhuhur, maka di hatinya harus diniatkan sedang menunggu salat Ashar. Setelah selesai salat Ashar, dia harus benar-benar merasa sedang menunggu salat Maghrib. Begitu seterusnya.”
“Jangan sampai seseorang meninggal dalam keadaan statusnya sebagai orang yang berharap punya uang banyak, berharap punya rumah mewah atau status orang yang berharap pada hal-hal duniawi lain. Jadi orang jangan sembrono. Malaikat akan mencatat status terakhir orang yang meninggal. Dalam keadaan mengabdi kepada Allah atau dalam keadaan memikirkan hal duniawi. Di sela-sela waktu salat, orang tak perlu punya pikiran ingin uang banyak, ingin istri cantik, ingin mobil mewah dan seterusnya. Keinginan-keinginan ini bisa menutup hati seseorang sehingga hatinya tak bisa menganggap sujud lebih penting dari pada keinginan-keinginan duniawi tersebut.”
“Maka hidup yang keren itu hidup yang pola pikirnya menunggu waktu ibadah sambil melakukan kemanfaatan. Bukan hidup menunggu mapan. Malaikat nanti mencatat si fulan meninggal dalam keadaan menunggu salat Duhur. Kan keren. Bukan si Fulan meninggal dalam keadaan menunggu mapan. Pengin punya mobil mewah ndak kesampaian. Buat apa hidup ingin mapan? Apa ndak kuatir mati dalam keadaan begitu?”
-Santri GUS BAHA'-