Kecuali Ketua Komnas HAM “Orang Gila”
By Asyari Usman
Membebastugaskan tiga polisi yang diduga menembak mati 6 pengawal HRS bukanlah terobosan. Kalau pun ini diaggap “break through” (terobosan), itu pun sudah terlalu lama. Sebab, pimpinan Polri sudah tahu siapa-siapa polisi yang membunuh keenam anak muda yang malang itu.
Esok hari setelah penembakan itu bisa diumumkan tersangka penembakannya. Kalau pimpinan Kepolisian mau. Tak perlu menunggu tiga bulan.
Sekarang, yang ditunggu publik adalah siapa-siapa saja yang masuk dalam hierarki pembunuhan di KM-50 itu. Siapa komandan yang memberikan perintah. Komnas HAM, dalam temuan dan rekomendasinya, ada menyebutkan mobil Land Cruiser berwarna gelap yang hadir di malam pembunuhan itu. Mobil itu belum teridentifikasikan. Mengherankan sekali, tak ada yang sanggup membongkar siapa pemilik dan pengendara mobil tsb.
Diduga, di dalam mobil itu ada seseorang yang berposisi penting yang menjadi bagian dari proses pembunuhan keenam korban. Ada orang berpangkat tinggi yang sangat penting untuk diungkap.
Selain itu, perlu juga ditelusuri kemungkinan adanya orang yang lebih tinggi dari penumpang Land Cruiser, yang juga terlibat. Hampir pasti, orang yang sangat tinggi itu tidak akan terungkap sebelum 2024.
Tampaknya, keadilan untuk 6 korban pembunuhan sadis itu tidak akan tegak dalam empat tahun ini. Kecuali Komnas HAM dipimpin oleh “orang gila”. Kalau orang gila yang menjadi ketua Komnas, dia tidak akan bisa dikendalikan oleh para penguasa.
Dia akan terus meributkan pembunuhan sewenang-wenang itu. Dia tidak peduli siapa yang dihadapinya.
Sekarang ini ketua Komnas “orang waras”. Orang waras itu punya kesadaran tinggi. Sadar akan bahaya, dan sadar apa makna hadiah. Jadi, jangan banyak berharap pada “orang waras”.
15 Maret 2021
(Penulis wartawan senior)