[PORTAL-ISLAM.ID] Gatot Nurmantyo mengaku mencermati manuver seniornya Moeldoko dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat. Nah dia sebagai junior di militer nggak bisa menasehati seniornya dong. Cuma pesan dan ajakan Gatot ke Moeldoko, istighfar dan berdoa saja.
Gatot menilai langkah Moeldoko itu tak mencermintan etika moral dan kehormatan seorang prajurit TNI. Namun, dia nggak bisa menasehati Moeldoko, sebab dia adalah seniornya. Nah Gatot mengajak Moeldoko untuk istighfar gitu. Maksudnya guys?
Mas Moeldoko yuk istighfar
Dalam perbincangan dengan Arief Munandar di YouTube Bang Arief, Gatot mengatakan tidak bisa menyampakan banya hal kepada Moeldoko dalam kemelut Partai Demokrat belakangan ini yang jadi perhatian masyarakat.
Saat diminta beri pesan ke Moeldoko, dia segan sebab sosok mantan Panglima TNI sebelumnya itu adalah seniornya.
“Saya tidak bisa beri pesan. Beliau itu senior saya. Apa pun yang dilakukan harus dihormati. Beliau senior saya, nggak bisa arahkan. Jadi saya hanya menyampaikan, Mas Moeldoko marilah kita lebih sering Istighfar, sama-sama berdoa. Saya juga belum (baik) baru kasih ngomong doang,” ujar Gatot dikutip Rabu 17 Maret 2021.
Istighfar merupakan ucapanmuslim memohon ampunan kepada Allah SWT ata segala dosa dan kesalahan yang dilakukan.
Gatot berkali-kali menekankan pentingnya etika moral dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk dalam politik pun, hendaknya mengedepankan etika moral dong. Jangan main ambil partai orang, dibanding main ambil lebih baik bikin partai sendiri saja.
Gatot menyebutkan beragam senior militer yang memberi teladan dalam politik. Misalnya Eddi Sudrajat mendirikan PKPI, Wiranto mendirikan Hanura, Prabowo Subianto mendirikan Partai Gerindra, Surya Paloh mendirikan Partai Nasdem, Selanjutnya SBY mendirikan Partai Demokrat.
“Ini kan contoh, bahwa gunakan jalur beretika bermoral. Jangan ambil jalan pintas main rampas dan sebagainya,” ujarnya.
Sindir Moeldoko
Gatot Nurmantyo tegas ke Moeldoko yang bermanuver mengambil-alih Partai Demokrat melalui Kongres Luar Biasa (KLB). Menurut Gatot, manuver Moeldoko di KLB tak mencerminkan etika moral dan kehormatan prajurit TNI.
Padahal, ujar Gatot Nurmantyo, yang menjadikan TNI kokoh kuat dengan segala keterbatasan selama ini adalah kekuatan etika moral. Pun demikian, prajurit TNI menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Presidium Koaliasi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu menyinggung bagi prajurit TNI, moral bukan cuma soal baik dan buruk. Sebab moral prajurit itu berkaitan erat dengan kondisi mental prajurit agar tetap berani, semangat, sungguh-sungguh, pantang menyerah, tabah san sabar dalam melaksanakan tugas pokoknya.
“Sangat penting menjaga moral prajurit dalam situasi perang atau damai,” ujar Gatot dalam perbincangan dengan Bang Arief dalam kanal Youtube Bang Arief, dikutip Rabu 17 Maret 2021.
Gatot menjelaskan keheranan itu sebab sebagai sesama prajurit TNI, tentu sudah dibekali dengan nilai-nilai moral dan perjuangan tersebut.
“Beliau adalah senior saya di Akademi Militer. Berarti beliau tentu ikut membentuk saya, senior ikut andil ke yunior. Juga beliau peraih Adhi Makayasa, dan saya pernah jadi anak buahnya. Waktu beliau KASAD, Panglima TNI saya anak buahnya. Dengan seluruh atribut beliau, hingga saat mantan panglima itu ikut KLB dan menerima sebagai ketua umum, sangat susah saya menduga bahwa yang bersangkutan melakukan tindakan pada 5 Maret itu,” ujar Gatot.
Gatot mengaku tegas saja menyikapi Moeldoko di KLB. Tokoh KAMI itu nggak mau mencampuri urusan politik KLB Partai Demokrat.
“Tapi saya ingin menggarisbawahi apa yang beliau lakukan sama sekali tidak mencerminkan kualitas etika moral kehormatan yang dimiliki seorang prajurit. Apa yang dilakukan bukan representasi dari kualitas etika moral dan kehormatan prajurit TNI. Ingat ini, bukan representasi. Kekhususan saja hanya beliau,” katanya.
Penegasan itu perlu Gatot sampaikan sebab dia khawatir, bila tidak ditegaskan demikian maka publik bakal melihat manuver Moeldoko itu dengan membawa embel-embel TNI. Jangan sampai manuver politik yang dijalani mantan Panglima TNI merusak institusi TNI.[hops]