DILEMA ACARA TV
Jadi kami punya raport yakni rating & share yg dirilis harian. Kalau rating program kami jelek aplg sampai berminggu2, siap2 aja kena murka bos.
Kami jg penginnya idealis misalkan bikin talk show ala2 oprah atau dokumenter ttg budaya dll ala2 Natgeo. Saya dan rekan2 di stasiun tv dah coba itu kok.
Tapi lihat saja program2 berbobot spt itu ga bertahan lama. Oprah yg sempat di Gtv ga laku. Kick Andy jg akhirnya bubar. Dokumenter2 jg banyak yg gulung tikar, kalau toh ada yg msh bertahan jg ratingnya ga bagus sehingga cenderung program2 sejenis itu silih berganti.
Yg laku apa? Ya macam opera van java, talkshow yg konyol2 atau kontroversi, acara2 hiburan konyol & sinetron!
Kadang kami sendiri frustasi dan sakit hati jika program kami yg dah bikin sebagus mungkin malah kalah dgn program amburadul spt yg mas contohkan itu. Kami sendiri jg bilang "WTF?!" 😂
Tapi itulah realita. Itu lah selera pasar. Rating bicara iklan juga. Berarti itu bicara pemasukan. Namanya tv ya industri pertelevisian jd bicara untung juga. Mau ga mau kami harus tunduk dengan selera pasar jika ingin memproduksi sesuatu. Memang banyak org yg protes dgn acara2 tsb tp surpriseeeee jauh lebih banyak yg suka 😂
Coba lah seluruh rakyat Indonesia kompak jangan nonton program sampah tapi semua nonton program yg bermutu, saya yakin program2 sampah akan tutup. Karena biasanya jika sekian lama rating anjlok maka akan ditutup.
Jadi kondisi pertelevisian itu menurut saya adalah cermin langsung kondisi dan selera masyarakat sendiri. Ga heran kan konten2 youtube yg bagi kita sampah malah followernya tinggi wkwkwkwkwk.
Selama masyarakat seleranya masih seperti itu ya susah. Just my 2 cents sih berdasarkan pengalaman saya aja.
[fb]