[PORTAL-ISLAM.ID] Pada sejumlah kesempatan, budayawan sekaligus cendekiawan Islam, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) kerap bicara mengenai lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan. Menariknya, Cak Nun mengklaim, di balik peristiwa tersebut ada peran dia dan sejumlah tokoh Islam lainnya.
Pernyataan tersebut kemudian menimbulkan satu pertanyaan besar, yakni apa yang sebenarnya Cak Nun sampaikan ke Soeharto, sampai-sampai Soeharto mau menanggalkan jabatannya sebagai orang nomor satu di Indonesia?
Disitat dari video berjudul ‘Mengapa Cak Nun Tak Segarang Seperti Tahun 98’ di saluran Youtube King of Ye Reborn, pertanyaan sejenis pernah disampaikan jamaah di suatu kegiatan dakwah. Cak Nun yang mendengar pertanyaan tersebut sempat terkekeh sebelum menjelaskannya secara bertahap.
“Apa yang saya sampaikan ke Pak Harto saat itu? Yang Anda ketahui dan dunia ketahui adalah resepsi ketika Pak Harto sudah mau turun, tapi enggak ada yang tahu akadnya,” ujar Cak Nun dikutip Rabu 24 Februari 2021.
“Jadi saya, Cak Nur, Pak Malik Fajar membuat surat ke Pak Harto. (Isinya), Pak kamu ini sudah saatnya turun karena ini, ini, ini dan ini. Nah, yang ngetik pesan itu saya,” sambungnya.
Pada surat tersebut, Cak Nun memberi empat pilihan kepada Soeharto terkait proses penurunan dia dari kursi jabatan. Cak Nun mengirimkan surat tersebut melalui Mensesneg yang saat itu menjabat, yakni Saadila Mursyid.
“Itu yang tanda tangan di surat ada lima orang, tapi Gus Dur tidak terllibat,” tegasnya.
Tak lama setelah dikirim, Mensesneg kemudian menyampaikan surat tersebut kepada Soeharto. Tokoh Cendana itu lalu meminta waktu untuk menimbang-nimbang dan menunaikan ibadah salat. Barulah setelahnya dia menghubungi Cak Nun melalui sambungan telepon.
“Cak, iya saya manut untuk lengser saat ini. Tapi saya minta kamu temani saya agar tidak ribut orang-orang itu,” tutur Cak Nun menirukan pernyataan Gus Dur.
Cak Nun bertemu langsung dengan Soeharto menjelang lengser
Lebih jauh, Cak Nun berkisah, pada 19 Mei 1998, dia dan sejumlah tokoh mengadakan pertemuan dengan Soeharto. Pada kesempatan itu, dia membujuknya dengan pendekatan humanis.
“Saya secara pribadi ngomong ke Pak Harto. Pak, saya ini kesal sama Golkar dan TNI itu. Loh kenapa? Anda disuruh jadi presiden terus itu kan zalim, gitu. Anda itu punya hak momong cucu, menyirami bunga, iya kan? Masa Anda enggak bisa hidup normal sebagai manusia?”
Mendengar pernyataan itu, Soeharto hanya tersenyum pahit. Namun, kata Cak Nun, apa yang dia sampaikan tidak membuatnya marah. Bahkan, yang terjadi justru sebaliknya, Soeharto menimbang sarannya tersebut.
“Akhirnya Pak Harto mau, kita temenan, tapi kemudian situasinya dikudeta. Seharusnya tidak seperti yang terjadi di reformasi,” kata dia.[hops]