[PORTAL-ISLAM.ID] Mantan Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) As’ad Said Ali kembali angkat bicara mengenai kasus yang mendera pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda. Menurut As’ad, Abu Janda memang tengah menjalankan misi di balik riuhnya cuitan dan komentar di sosmed.
Adapun misinya untuk menggiring opini atas suatu isu yang tengah berkembang di masyarakat. Dia pun kemudian menyindir politisi yang dianggapnya sengaja memelihara buzzer politik seperti Abu Janda ini.
Sebab, sepengetahuan dia, memang ada politisi yang dalam rangka bisnis atau kepentingan tertentu sengaja memanfaatkan keberadaan buzzer tersebut.
Kata As’ad, sudah waktunya para buzzer politik ini ditindak, lantaran kerap melakukan pembelahan sosial di tengah masyarakat.
“Semua berpulang pada politisi yang terkait bisnis apa ya, itu harus menyadari bahwa pikiran-pikiran untuk memelihatra buzzer ini harus dihilangkan sama-sekali, agar rakyat bisa fokus pada krisis ekonomi dan penanganan covid-19,” katanya dalam wawancara dengan Apa Kabar Indonesia, dikutip Senin 1 Februari 2021.
Hal ini, kata eks pentolan BIN ini beralasan, karena Abu Janda justru mempertajam pro dan kontra di masyarakat, seperti isu Islam dan non Islam.
“Saya ingin katakan, Islam non Islam itu jangan diperlebar terus dong. Kalau FPI kan itu masalah politik, bisa diselesaikan dengan baik,” katanya lagi.
Eks BIN bilang, politisi setop pakai jasa Abu Janda
Pada kesempatan itu, eks BIN yang juga eks Wakil Ketua PBNU tersebut mengatakan, semenjak adanya buzzer yang diberikan panggung politik, situasi panas seakan terus terpelihara.
Apalagi, salah seorang buzzer seperti Abu Janda memposisikan diri sebagai salah satu anggota Banser NU. Hal ini, kata As’ad tentu membuat banyak orang NU belakangan keberatan.
“Ini memang menguntungkan dia untuk mencari panggung. Sehingga mereka punya panggung yang leluasa untuk meggoreng permasalahan yang sedang panas menjadi kuat. Oleh karena itulah para politisi harus menyadari, kalau berpolitik di partai itu saja lah.”
“Di luar itu ya ada batasnya. Jadi kalau mau cari buzzer ya yang profesoinal lah, yang ahli dalam bidangnya, lalu berpendekatan pada intelektualisme, tidak asal bisa ngomong, terus dapat panggung di mana-mana,” katanya lagi.
As’ad sendiri mengaku berani berbicara demikian rupa karena dia tahu di balik kencang dan lantangnya buzzer bersuara ada imbalan yang mereka dapat. Maka itu, mereka dinilai terus coba memeliharanya.
“Akhirnya kepentingan bangsa menjadi terabaikan. Saya berani bicara karena ada kepentingan untuk membikin situasi ini (panas) terus, karena (demi) penghasilan (para buzzer) lah.”
As’ad lantas berharap agar di bawah kepemimpinan Kapolri baru Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dapat menciptakan iklim baru untuk demokrasi. Sebab Polisi sebagai ujung tombak, dinilai harus melihat semua hal dengan jernih.
Dan di bawah kepemimpinan Listyo, dia percaya Polri akan bertindak tegas tanpa pandang bulu, meski harus menyikap buzzer seperti Abu Janda yang dianggap turut dipelihara oleh politisi ini.[hops]