[PORTAL-ISLAM.ID] Kepala Staf Presiden, Moeldoko dinilai kian tersudut dalam merespons isu kudeta Partai Demokrat. Dalam konferensi pers, Moeldoko sampai menyebutkan Luhut Pandjaitan, untuk dalih bertemu dengan kader Demokrat.
Komunikasi Moeldoko yang menyebutkan nama Luhut Pandjaitan ini menurut analisis Rocky Gerung, adalah wujud kepanikan mantan Panglima TNI itu dalam menangkis segala bukti-bukti yang dibeberkan oleh kubu Partai Demokrat.
Moeldoko Luhut, upaya cari pelindung
Pengamat politik, Rocky Gerung menilai Moeldoko menyebut-nyebut Luhut adalah upaya untuk mencari perlindungan. Moeldoko aslinya berharap Luhut membelanya dari tudingan dari kubu Partai Demokrat.
“Jadi soal bawa Luhut itu ada dua. Pertama, dia ingin nyari patron supaya bebannya nggak terlalu besar. Jadi pak Moeldoko berupaya cari pelindung tapi caranya anakronis,” ujar Rocky menganalisis dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Kamis 4 Februari 2021.
Rocky berpandangan cara Moeldoko membawa-bawa Luhut yang juga bertemu dengan kader Demokrat ini adalah hal yang berbeda.
Pada kasus Luhut bertemu kader Demokrat, itu dilakukan secara terbuka. Dokumentasi fotonya bahkan tersebar luas setahun lalu. Rocky meyakini, dalam hal ini Luhut nggak ada main proyek kudeta Partai Demokrat. Itulah kenapa pertemuan Luhut dengan kader Demokrat pada tahun lalu itu tak jadi soal. Beda konteksnya dengan pertemuan Moeldoko dengan kader Demokrat belakangan ini.
“Itu kan terbuka waktu dan ngak ada hubungannya dengan kudeta yang sekarang. Luhut nggak libatkan diri dalam proyek kudeta. Ini peristiwa dan maksudnya lain, makanya jangan terlalu banyak cari alibi nanti kejebak,” ujar Rocky menasihati Moeldoko.
Ingin Luhut bertindak
Rocky menduga maksud Moeldoko membawa-bawa nama Luhut alam klarifikasinya soal kudeta Demokrat ini bertujuan agar Menko Maritim itu nggak diam saja dengan masalah yang dihadapi Moeldoko.
Mantan Panglima TNI itu ingin Luhut bergerak dan kalau bisa turun gunung menyelesaikan masalahnya.
“Pak Luhut itu iringan jembatan untuk beritahu ke Jokowi, bahwa nggak ada apa-apa. Saya pikir Jokowi kasih tanda curiga ke Moeldoko sebab dua hari sebetulnya Jokowi menunggu,” tuturnya.
Sedangkan Jokowi, menurut Rocky, seharusnya menjawab surat AHY. Sebab surat itu kadung menjadi konsumsi dan terbuka bagi publik, maka sudah sewajarnya menjawabnya supaya tidak menjadi bahan spekulasi Jokowi terlibat dalam konspirasi kudeta Partai Demokrat ini.
Seharusnya, Moeldoko langsung datang ke Jokowi dan menjelaskan duduk persoalannya.
“Sehingga Pak Jokowi bisa suruh Pak Luhut supaya bereskan,” katanya.
Bahasa tubuh Moeldoko
Rocky menganalisis bahasa tubuh Moeldoko saat menangkis tudingan kubu Demokrat, dan dia melihatnya mantan Panglima TNI itu ada kebohongan.
Filosof dan pengamat politik itu melihat ada ketidaksinkronan antara apa yang ada di otak Moeldoko tapi tertolak oleh fakta yang ada.
“Jadi ketidaksinkronan, upaya sebutkan sesuatu yang diketahui tubuh tapi otaknya berpikir diplomatis, itu terbaca,” jelasnya.
Rocky menyarankan agar Moeldoko sebaiknya tidak membantahi semua tudingan, dan mulailah untuk menunjukkan kejujuran dan keterbukaan sehingga dia tak berlarut-larut terseret dalam masalah kudeta ini. Kalau perlu, Rocky meminta Moeldoko dalam hal Luhut tak turun gunung merespons, barulah cari tokoh lain yang punya kemampuan menormalkan situasi ini.[hops]