Move Abu Janda
Oleh: Adian Radiatus (Pemerhati Sosial Politik)
ADA yang ingin cari celah mendekati 'the dark power behind' Abu Janda yang terjerembab di kubangan rasis nan sara ternista selama karier buzzer yang digelutinya.
Begitu parahnya sampai ada yang nulis 'Save Abu Janda' demi menangguk sisa kotorannya, tapi apa lacur hanya cibiran dan sindiran publik yang beredar luas. Tukang adu domba kok disimpan.
Lucunya ada lebayner berita 'Seribu Pengacara Siap Bela Abu Janda', jangankan seribu, seratus ribu pun tidak bisa menutup kerusakan pembuatan drama pengalihan kasus megakorup kearogan Islam yang dimuntahkan melalui corong Abu Janda.
Bela Abu Janda sama saja dengan setuju mengecap arogan pada agama Islam yang ditudingkannya. Hanya manusia bermoral atheis yang bisa bilang itu adalah ucapan yang wajar, apalagi sampai bilang hanya "invocation of myth" seperti yang disitir penulis Zeng Wei Jian.
Anehnya lagi sampai nyerang Haris KNPI sebagai orang tak dikenal, lantas dia bisa sampai menjadi ketua KNPI itu karena 'the myth' itu memangnya. Nulis dan mikir itu satu kesatuan aksi mentalitas jiwa, salah mikir akan salah nulis dan akhirnya timbul kelainan jiwa. Tidak bisa lagi bedakan antara realita dan mitos.
Akhirnya Abu Janda mulai berkicau tentang jasa-jasanya pada penguasa dibantu curhatan Denny Siregar yang lebayisme, tidak heran karena dungunya tidak bisa membedakan menghadapi risiko bicara rasis tebar radikalisme verbal adalah kesalahan pribadi bukan kolektif, tak ada kaitan dengan teman bernyanyi atau makan semeja.
Maka tidak heran writer buzzer dan influencer pelaku kontra toleran ini sesungguhnya adalah para pengecut yang keberaniannya disebabkan merasa sama selera dengan penguasa. Padahal belum tentu Istana apalagi Jokowi kelasnya semacam itu.
Bahkan ditilik dari pernyataan resmi dan kalangan NU pun organ Bansernya, tampaknya Abu Janda and the gangs adalah kelompok yang disutradarai oleh kelompok tertentu yang ingin negara ini meledak disintegrasinya melalui skenario yang disebut "besarkan api dengan memakai angin yang bertiup".
Kalau Abu Janda mesti cuti mulut, maka baiknya Zeng juga cuti tangan daripada sadar atau tidak menjadi bagian aktris dari sutradara pencipta disintegrasi NKRI selama ini.
Begitulah niat adu domba dari narasi 'save Abu Janda' kiranya lebih tepat menjadi 'Move Abu Janda' ke kediaman yang menantinya.[]
(Sumber: RMOL)