[PORTAL-ISLAM.ID] Semangat perlawanan publik muncul, dan itu tentang ketidakadilan yang dirancang untuk muslihat busuk. Maka publik membalas dengan cara sederhana.
Tanpa ada yang mengomando, publik bergerak dengan caranya. Tidak ada yang membayarnya, tapi mau bersusah untuk kebaikan yang diyakininya.
Tentu publik yang masih gunakan nalar dengan sempurna. Publik yang tidak membodohi diri sendiri dengan coba nyembunyikan otak bulus demi sekadar fulus tidak seberapa.
Melawan pembodohan suara-suara yang coba disuarakan dengan tidak sebenarnya. Suara yang buat kegaduhan di ruang publik, seolah sebuah kebenaran.
Inilah kelompok penggadai akal sehat, tentu bukan di jawatan Pegadaian. Akal yang digadaikan, itu lebih pada makna struktural. Mereka biasa disebut manusia OD (otak dikit).
Bekerja dengan teknik “membunuh” seorang tokoh, siapa pun itu, membunuh karakternya, sesuai pesanan. Mereka ini tidak mengenal sedikitpun nilai kesantunan. Siapa saja yang mengkritisi yang membayarnya langsung dihajarnya.
Pak Kwik Kian Gie, ekonom senior, yang pengabdian buat negeri ini tidak diragukan, pun diserang oleh si OD dengan beringas dan menakutkan.
Di Twitternya, Sabtu (6/2/2021), Pak Kwiek menyuarakan kegelisahan menghadapi apa yang disebutnya buzzer itu.
“Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yg berbeda dgn maksud baik memberikan alternatif…
Langsung di-buzzer habis-habisan, masalah pribadi diodal-adil. Zaman Pak Harto saya diberi kolom Kompas. Kritik2 tajam, tidak sekalipun ada masalah.”
Pak Kwik seolah tersirat mengatakan, ternyata zaman yang disebut otoriterian Orde Baru itu lebih aman bagi orang semacamnya. Ternyata oh ternyata, Pak Harto itu kupingnya lumayan tebal.
Kasihan Pak Ganjar
Hari-hari ini berita di media sosial, viral memberitakan banjir Jawa Tengah. Pak Ganjar Pranowo jadi sasaran olok-olok kelompok yang mendapat tempat untuk mengoreksi ketidakadilan perlakuan pada Pak Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.
Jika DKI Jakarta tergenang air saja, itu diberitakan dengan banjir. Dan itu oleh kelompok yang dikomando untuk “menghabisi” Pak Anies. Tapi tidak untuk Jawa Tengah, itu tidak berlaku.
Muncul pula Meme “pemberontakan” yang disandingkan antara banjir Jawa Tengah dan DKI Jakarta oleh publik yang bergerak dengan caranya.
Pada gambar meme itu, seseorang memakai helm, berdiri ditengah banjir Semarang, banjir hampir sampai lehernya. Dan disebelahnya meme “banjir” di kolong Jembantan Semanggi, Jakarta.
Dua meme yang disandingkan itu dari twett Polda Jateng. Redaksinya demikian, Untuk warga kota Semarang dan sekitarnya agar waspada ya, beberapa titik ada “genangan” air –tanda kutip pada kata genangan dari kami.
Sedang tweet dari TMC Polda Metro Jaya, # “Banjir” 15-20 cm di kolong Semanggi, bagi pengendara yang melintas dihimbau agar hati-hati –tanda kutip pada kata banjir juga dari kami.
Itulah cara publik “memberontak” protes atas ketidakadilan perlakuan pada dua gubernur yang berbeda. Satu pihak diistimewakan, hingga banjir sampai leher pun disebut dengan genangan. Sedang genangan air yang cuma 15-20 cm disebutnya dengan banjir.
Dan itu dilakukan oleh institusi Kepolisian RI. Mustahil itu bukan disengaja. Publik menangkapnya, itu penuh perencanaan. Karena kata genangan dan banjir punya makna yang jelas, dan tentu jauh berbeda.
Budayawan Sujiwo Tedjo, pun lalu bertanya dengan nada satir, di akun Twitternya, “Semarang dikepung banjir, ya? Itu menurut WA dari teman barusan. Apa betul? Soalnya medsos sepi,” tulisnya.
Secara tidak langsung olok-olok pada para buzzer itu eh ternyata “tertampar” Pak Ganjar. Ibarat sudah jatuh eh ketimpa tangga juga. Sudah banjir lalu diolok-olok, dan diperhadapkan dirinya dengan Anies Baswedan.
Banjir Semarang dan kota-kota lain di wilayah Jawa Tengah, tapi tanpa dinyana Jakarta yang trending topic. Banjir Semarang dan sekitarnya, itu tentu bukan kesalahan Pak Ganjar, itu lebih karena curah hujan yang tinggi.
Itu sama dengan jika Jawa Tengah mengalami kekeringan, maka itu karena hujan tidak cukup turun. Untuk Jawa Tengah dan daerah lainnya, minus Jakarta, semua itu disebabkan faktor alam.
Sejak semalam Jakarta hingga sore ini diguyur hujan lebat, dan banjir dibeberapa tempat, tapi tidak lebih dari 30 cm.
Banjir itu pastilah kesalahan Pak Anies Baswedan, maka caci maki bengis perlu diberikan padanya. Mereka memang bekerja untuk itu, menggadaikan otak, dan cuma disisai dikit saja.[kempalan]