ISLAM YA ISLAM
Ini khas BuzzeRp. Menghina Islam tapi minta maafnya ke ormas. Kan sama saja menuhankan ormas. Kedatangan Abu Janda ke kumpulan kyai NU yang tergabung dalam Kesatria Nusantara (BKN) bukan tanpa alasan. BKN kan boleh dibilang pendukung kebijakan-kebijakaan Jokowi. Walaupun kepada media BKN NU mengatakan murka terhadap cuitan Abu Janda yang dianggap menghina Islam, sebagai pendukung Jokowi tentu saja bikin Abu Janda langkahnya jadi lebih ringan.
Setelah tabayun ke BKN NU, Abu Janda menang selangkah. BKN NU memaafkan Abu Janda. Sebenarnya ada dua hal yang bikin BKN NU murka. Pertama, Abu Janda selalu membawa-bawa nama NU. Kedua, Abu Janda menghina Islam. Untuk yang pertama wajarlah kalau Abu Janda minta maaf pada ormas NU. Untuk yang kedua, ya minta maaf kepada Allah dan umat Islam lah.
Untuk soal yang pertama, BKN NU nggak nyinggung-nyinggung sama sekali. Malah yang dipersoalkan yang kedua. Walhasil, pertemuaan itu menyimpulkan, “Kiai NU Maafkan Abu Janda: Dia Tidak Berniat Menghina Islam.” Abu Janda seperti mendapat sertifikat bebas sombong. Pertanyaannya, kalau nggak niat mengina Islam, dimaafkan untuk kesalahan yang mana?
Dihadapan wartawan dia berkoar-koar tidak menghina Islam secara kesuruhan tapi menghina Islam versi Tengku Zulkkranain. Abu Janda seolah bikin mazhab baru, Islam mazhab Tengku Zul. Inilah yang para Cebong pengikut Abu Janda selalu bilang, Islam yang mana? Seolah Islam itu bukan "agama" tapi "ormas" atau bahkan milik "perorangan".
Padahal faktanya Islam ya Islam. Mau NU, Muhamadiyah, efpeih, hatei, ya tetap Islam. Kalau Islam dihina, ya tetap marah juga, apa pun ormasnya. Inilah yang tidak dipahamai warga kolam termasuk Abu Janda.
Berbekal sertifikat maaf dari BKN NU Abu Janda juga enteng langkahnya datang ke podcastnya Deddy Corbuzier. Dia akan dipertemukan dengan Gus Miftah. Abu Janda berharap akan dapat dukungan juga dari Gus Miftah. Apa lagi Podcastnya Deddy kan pemirsanya jutaan.
Abu Janda kecele. Gus Miftah marah besar. Rupanya dia sudah memendam kekesalan cukup lama pada Abu Janda, tapi dia masih memandang wajah Gus Yaqut. Kali ini dia tumpahkan seluruh kekesalannya terhadap Abu Janda.
Mungkin sebagian pemirsa menganggap Gus Miftah sedang main drama karena Gus Miftah juga dikenal sebagai Jokower. Nggak lah. Komika Coki dan Tretan Muslim yang dikenal sering menghina Islam, pernah dibikin nggak bekutik di depan Gus Miftah. Coki dan Tretan Muslim mungkin menganggap Gus Miftah adalah penganut “mazhab” Islam Nusantara, mereka menganggap akan bebas menghina Islam di hadapan Gus Miftah. Padahal pengertian Islama Nusantara antara Gus Miftah dan Kyai Said Agil Siradj bisa berbeda. Gus Miftah tidak anti Arab.
Abu Janda di hadapan Gus Miftah tidak berkutik. Seperti maling yang tertangkap basah. Sikap itu malah bikin Gus Miftah bingung. Dia membayangkan, Abu Janda akan ngeyel di hadapannya. Kalau itu yang terjadi, Gus Miftah mengaku tidak akan segan-segan menempeleng Abu Janda.
Ketersinggungan Gus Miftah bukan soal cuitan “Islam arogan” saja. Dulu ketika Gus Miftah mengecam Presiden Prancis, Abu Janda ngeledek dengan pamer makan di restoran Prancis. Gus Miftah juga memberi contoh, dia juga sering kontra narasi terhadap narasi muslim yang dianggap radikal, tapi kontra narasi itu harus proporsional.
Gus Miftah bisa kontra narasi sekeras-kerasnya dengan Tengku Zulkaranin, tapi kalau bertemu dengan Tengku dia tetap cium tangan karena Tengku seorang kyai dan orang tua. Kok beda sama Banser ya? Berarti Abu Janda salah asuhan.
Setelah dicuci habis oleh Gus Miftah. dan tentu saja dimaafkan juga, Abu Janda puasa ngetuit. Juga di hadapan para wartawan dia jadi irit bicara.
Bong, masih mau nanya Islam yang mana?
(By Balyanur)