[PORTAL-ISLAM.ID] Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seringkali jadi sasaran serangan. Yang paling mutakhir ini, Anies disoroti soal penanganan banjir di Jakarta. Kenapa sih Anies selalu jadi target sasaran kritik dan seakan-akan ada setting bener nggak bener Anies Baswedan harus salah.
Nah analisisnya tak lepas dari kepentingan ekonomi politik seputar reklamasi pantai utara Jakarta. Dampak dari pertarungan kepentingan reklamasi itu, Anies kini jadi sasaran dan terus menjadi target.
Anies Baswedan selalu salah
Kolumnis Hersubeno Arief menjelaskan kalau dirunut persoalan ribut-ribut di Jakarta itu tak lepas dari reklamasi Teluk Jakarta.
Hersubeno mengatakan ada ‘harta terpendam’ dari reklamasi Teluk Jakarta. Mengutip kalkulasi nilai ekonomi dari reklamasi Teluk Jakarta yang disampaikan politikus PKB Daniel Johan pada 2017, nilainya mencapai Rp500 triliun.
Maka dengan taksiran itu, ujar Hersubeno, maka masuk akal kenapa Anies selalu coba digoyang dan jadi sasaran kritik dalam tiap kebijakannya.
“Jadi ada kepentingan bisnis besar di sini. Ketika Anies terpilih jadi gubernur, kan kemudian dibatalkan izin reklamasi di Pantai Utara Jakarta. Itulah kepentingan jangka pendek pada waktu itu,” ujar Hersubeno dalam diskusi di kanal YouTube Off The Record FNN, dikutip Kamis 11 Februari 2021.
Nah dalam jangka panjang, ujar Hersubeno, para konglomerasi dan taipan mewaspadai dari kebijakan dari Anies. Mereka khawatir kebijakan Anies bakal merugikan kepentingan para taipan, dan kalau Anies terus dibiarkan maka dia bakal menjadi presiden.
“Wah bakal banyak kebijakan yang rugikan kepetingan konglomerat (kalau Anies Presiden)” ujarnya.
Eksperimen politik Ahok
Hersubeno melihat dahulu Ahok merupakan eksperimen politik kelompok oligarki supaya kepentingan mereka bisa mulus.
Kolumnis tersebut mengingatkan kembali dulu waktu jelang pencalonan Gubernur DKI Jakarta, ada sekelompok pendukung Teman Ahok yang muncul. Teman Ahok ini muncul dengan narasi seolah Ahok memang didukung luas masyarakat Jakarta. Namun ternyata investigasi majalah Tempo menunjukkan, Teman Ahok dibiayai para taipan.
Selepas kedok Teman Ahok terbongkar dan sebagai upaya untuk menadang laju Anies, kata Hersubeno, muncul branding dan narasi pilih mana pemimpin kafir tidak korupsi dengan pemimpin muslim tapi korupsi dan jangan pakai politik aliran. Ini adalah manuver untuk menutup calon lain bisa melawan Ahok.
Hersubeno mengatakan, jika dulu Ahok mulus melenggang jadi Gubernur DKI lagi pada Pilkada 2017. Dia meyakini langkah Ahok di politik nasional bakal kian mulus.
Maka Ahok akan jadi calon wakil Presiden Jokowi di di Pilpres 2019. Dan kalau sudah terpilih tinggal satu tahapan lagi, menjadi presiden Indonesia pada Pilpres selanjutnya.
“Tapi skenario berantakan, karena yang muncul Anies. Ini cilakanya (Ahok). Anies itu antitesanya framing yang mereka bangun. Kebetulan Anies kerjanya bener, ini kan membuyarkan skenario yang mereka bangun. Mereka sangat marah dan narasi Islam dan radikalisme terus mereka bangun,” ujar Hersubeno.[hops]