[PORTAL-ISLAM.ID] Setelah beberapa hari menjabat, Menteri Sosial Tri Rismaharini mulai menata Jakarta seperti mengunjungi para tunawisma di kolong jembatan Menteng, Jakarta Pusat. Aksi tersebut menuai beberapa tanggapan yang menyebut sebagai langkah untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta nanti.
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio (Hensat) mengatakan, aksi Risma boleh dilakukan asal tidak mengabaikan tugas utamanya sebagai menteri sosial. “Jika Bu Risma punya niat dan intensi ke pilgub, ya tidak apa-apa. Tapi, jangan lupa warga DKI Jakarta sangat selektif dalam memilih gubernurnya,” kata Hensat saat dikonfirmasi, Senin (4/1/2021).
Menurut dia, saat ini, perlu dibuktikan terlebih dulu dalam mengurus persoalan bantuan sosial (bansos). Hensat menyebut, lebih baik tidak menghabiskan waktu untuk kegiatan mencari panggung dan pencitraan.
“Menjadi mensos kan panggungnya sudah disediakan, itu saja digunakan. Selesaikan masalah bansos. Intinya, warga paham mana orang yang berprestasi dan mencari panggung saja. Sukses untuk Bu Risma, semoga lancar dalam melaksanakan tugas barunya,” ujar dia.
Tanggapan serupa juga dikatakan oleh Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarid Hidyatullah Jakarta, Adi Prayitno. Kegiatan blusukan Risma, sebaiknya tidak dilakukan hanya di DKI Jakarta, tapi perlu dilakukan di 33 provinsi lain, terutama di tempat yang jauh dari sorotan media.
“Indonesia tidak hanya Jakarta, tapi banyak tempat-tempat lain yang perlu diperhatikan. Bagus blusukan itu karena dia mensos tapi jangan bercakap hanya dengan masyarakat kelas bawah di Jakarta saja,” ujar Adi.
Selain itu, aksi tersebut kata dia tidak ada kaitan dengan langkahnya untuk pilgub Jakarta 2022. Sebab, sejauh ini belum ada keputusan dari DPR dan pemerintah (terkait Pilgub DKI 2022 atau mundur 2024). Tujuan pengisian posisi Risma sebagai mensos dinilai sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan publik dan kinerja pemerintah terutama atas kasus korupsi yang dilakukan oleh Eks Mensos Juliari Batubara.
“Jadi Bu Risma memang diharapkan bisa menutup celah yang sudah ditinggalkan oleh Juliari. Kalau 2022 ada pilkada, Risma akan diutus untuk maju. Karena untuk melihat kader PDIP yang aktif bisa bertanding dan bersaing dengan Anies ya hanya Risma,” ucap dia.
Sementara itu, Pengamat Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan ada dua target yang dicapai dari blusukan Risma. Pertama, untuk kepentingan jangka pendek, yakni memberi kesan Risma dengan sungguh-sungguh bekerja membenahi tata cara atau prosedur yang terkait dengan distribusi bansos.
“Mengapa Jakarta? Karena segala aktivitas Bu Risma di Jakarta dengan sendirinya akan menimbulkan efek berita nasional. Dengan cara ini, Bu Risma mau memberi pesan bahwa semua hal terkait dengan bansos akan ditata sebagaimana hal itu tengah dilaksanakan di Jakarta,” kata Ray.
Target lain adalah untuk citra politik pada 2024 nanti. Ray menilai potensi Risma untuk dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta besar. Pencitraan ini penting kata dia karena bukan hanya untuk mendapat simpati warga Jakarta, melainkan memguatkan posisinya di internal PDIP. Sebab, ada kandidat lain yang kemungkinan besar juga akan dicalonkan, misal Gibran Rakabuming.
Blusukan Risma juga tidak akan berlangsung lama dan tidak memengaruhi tugas utamanya. “Saya kira tidak akan selamanya. Mungkin hal ini dilaksanakan dalam beberapa bulan saja. Jika efek pertama sudah dapat tercapai, akan kembali ke tugas umumnya. Kemudian akan diulang di momen lain. Begitu siklusnya,” ucap dia. [HA]