[PORTAL-ISLAM.ID] Ahli epidemiologi dr Tifauzia Tyassuma menegaskan tidak akan mau disuntik vaksin Sinovac.
Akademisi dan peneliti dari Lembaga Ahlina Institute ini mengatakan hanya mau disuntik vaksin covid-19 buatan dalam negeri, yakni Vaksin Merah Putih.
Dihubungi Pojoksatu.id, Selasa (12/1/2021), dokter cantik yang akrab dipanggil dr Tifa ini mengaku mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat seputar vaksin Covid-19.
Dokter Tifa mengaku sudah menyampaikan pandangannya terkait vaksin Covid-19 di akun Facebook dr Tifauzia Tyassuma.
Dijelaskan, meski ditodong pistol dan dipecat, dr Tifa tidak akan mengizinkan penggunaan vaksin Covid-19 selain Vaksin Merah Putih.
“Saya tidak mengizinkan siapapun juga, walau dengan todongan pistol sekalipun, walau dengan ancaman saya dipecat sekalipun, walau dengan ancaman denda sekalipun, walau dengan ancaman pidana sekalipun, untuk menyuntikkan Vaksin Corona, selain Vaksin Merah Putih,” tegas dr Tifa.
Ia mengatakan lebih baik mati menggunakan Merah Putih ketimbang mati karena menggunakan vaksin lain.
“Kalau seandainya saya mengalami efek samping ringan, sedang, atau berat, atau sampai mati sekalipun, saya lebih baik mengalaminya karena Vaksin Merah Putih, bukan karena vaksin yang lain,” katanya.
“Seandainya saya mati karena Vaksin Merah Putih, setidaknya kematian saya berjasa, untuk membuat peneliti Vaksin Merah Putih, memperbaiki kualitas Vaksin tersebut, agar tidak terjadi lagi pada diri orang lain,” sambungnya.
Dikatakan dr Tifa, sebelum disuntik Vaksin Merah Putih, dia akan mempersiapkan segala sesuatunya, sehingga ketika penyuntikan itu terjadi, maka pencegahan terjadinya Adverse Effect sampai pada syok anafilaksi yang berpotensi menyebabkan kematian, bisa terhindarkan.
“Semoga Allah swt melindungi, menjaga, dan memberikan kesempatan usia panjang bagi saya, sehingga saya masih memiliki banyak waktu untuk berdarmabakti bagi umat manusia, bangsa, dan negara,” imbuhnya.
“Karena itu, saya akan menunggu dengan sabar, dengan protokol super ketat, dengan kehati-hatian tingkat tinggi, sampai Vaksin Merah Putih jadi, dan siap diedarkan, dan siap digunakan,” tambah dr Tifa.
Ditegaskan dr Tifa, tidak ada satu pun negara di kolong bumi ini, boleh melakukan program penyuntikan vaksinasi dalam situasi emergency sekalipun, dengan ancaman kepada rakyatnya.
Menurutnya, sejak WHO berdiri pada tahun 1958, vaksinasi adalah program sukarela, bukan program mandatory (kewajiban).
Dikatakan dr Tifa, tugas pemerintah adalah untuk menyediakan vaksin terbaik, memberikan edukasi terbaik, memberikan pemahaman terbaik, bukan memberikan ancaman dan hukuman kepada rakyatnya.
“Kalau ada satu rakyat, yang cedera karena vaksin, yang meninggal karena vaksin, saya mau tanya kepada Presiden, kepada Menteri Kesehatan “tanggungjawab apa yang bisa Anda berikan kepada penerima vaksin?”,” tegas dr Tifa.
Dokter Tifa kembali menegaskan bahwa dia tidak mau disuntik vaksin Sinovac. Ia hanya mau disuntik vaksin Merah Putih, buatan anak negeri.
“Sekali lagi saya tegaskan di sini, saya tidak anti vaksin. Tetapi saya tidak mau disuntik vaksin selain vaksin dari virus asli Indonesia, vaksin yang dibuat oleh Bangsa Indonesia sendiri,” tandas dr Tifauzia Tyassuma.
Hingga saat ini, vaksin produksi dalam negeri Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah mencapai kemajuan 60 persen dari skala laboratorium.
Vaksin Merah Putih Eijkman berbasis subunit protein rekombinan dan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia.
(Sumber: Pojoksatu)