[PORTAL-ISLAM.ID] Duta Besar (Dubes) China untuk PBB, Zhang Jun memperingatkan Inggris untuk tidak ikut campur dalam urusan negara tersebut. Peringatan ini disampaikan setelah seorang menteri Inggris mengkritik perlakuan Beijing terhadap minoritas Uighur dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.
Dubes Zhang mengecam apa yang dia sebut sebagai "serangan politik" tak berdasar setelah pidato di Dewan Keamanan dari menteri pemerintah Inggris, James Cleverly yang menargetkan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Uighur dan minoritas lainnya di wilayah Xinjiang, barat laut China.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (13/1/2021), pernyataan keras China itu juga disampaikan setelah London pada Selasa (12/1) pagi waktu setempat menuduh Beijing melakukan pelanggaran yang dianggap "barbarisme" terhadap warga Uighur.
Selama pertemuan tingkat menteri Dewan Keamanan PBB, yang diadakan melalui konferensi video, Cleverly mengatakan bahwa "ancaman yang ditimbulkan oleh terorisme terkadang mengharuskan negara untuk mengambil tindakan luar biasa.
"Namun, kontra-terorisme terlalu sering digunakan untuk membenarkan pelanggaran HAM dan penindasan yang mengerikan," lanjutnya.
Kasus Uighur di Xinjiang adalah "contoh kasus", imbuhnya.
"Mereka menghadapi tindakan berat dan tidak proporsional, dengan hingga 1,8 juta orang telah ditahan tanpa pengadilan. Tindakan yang terdokumentasi dengan baik ini tidak sejalan dengan kewajiban China di bawah hukum hak asasi manusia internasional," cetus Cleverly.
Zhang menuduh Cleverly melakukan "serangan tak berdasar" yang "kami tolak dan bantah dengan tegas".
Menurut Zhang, pemerintah China telah mengambil "sikap tegas terhadap terorisme dan ekstremisme,". Dikatakannya bahwa tindakan Beijing "masuk akal, berdasarkan hukum kami, dan sejalan dengan praktik yang mapan di negara-negara di seluruh dunia."
Zhang pun menuduh Inggris menerapkan standar ganda dalam perang melawan terorisme dan meminta London untuk "berhenti mencampuri urusan dalam negeri China."
Menurut para ahli, setidaknya satu juta warga Uighur telah ditahan dalam beberapa tahun terakhir di kamp-kamp pendidikan ulang politik di Xinjiang, yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan. Beijing membantah tuduhan ini, dengan mengatakan pihaknya mengoperasikan pusat pelatihan kejuruan untuk melawan radikalisme setelah serangkaian serangan yang dikaitkan dengan kelompok Muslim.[dtk]