[PORTAL-ISLAM.ID] Pendakwah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) menyinggung banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia beberapa waktu terakhir. Katanya, bisa jadi datang karena ada ulama yang diam saja melihat dosa di sekitarnya.
Sebelum masuk ke sana, UAS lebih dulu menyinggung jika bencana sebenarnya adalah momentum bagi manusia untuk instropeksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebab ada beberapa bencana yang datangnya dari manusia itu sendiri.
Lebih jauh dia mengurai adanya sebab akibat pada tiap bencana. Sebut saja kasus banjir di sejumlah wilayah. Itu bisa jadi akibat perbuatan manusia yang gemar menggunduli hutan, atau membuang sampah sembarangan.
“Akibat dari dosa-dosa kita bisa juga azab itu datang. Maka takutlah kamu kepada azab. Sebab azab tidak hanya menimpa yang zalim-zalim saja, bukan rumah yang menebang hutan, bukan pimpinan proyek ilegal logging, tapi juga rumah ustaz, imam, tahfidz quran, dan orang-orang yang beriman,” kata UAS dikutip dalam ceramahnya di Aswaja TV, Rabu 27 Januari 2021.
Menurut pemahaman UAS, bencana itu ada yang disebut dengan takdir, dan ada yang disebut dengan sebab akibat. Untuk kasus sebab akibat terjadi karena kesadaran penuh manusia sebelum melakukannya.
Misal ketika orang memotong urat nadi, maka selanjutnya akan mati. Dia juga mencontohkan ada orang yang secara sadar tiba-tiba menabrakan diri ke lalu lintas padat sampai meninggal.
“Bencana, banjir, itu sebab akibat bukan? Itu sebab dari perbuatan kita, lalu muncul suatu masalah. Maka lahirnya banjir bandang. Karena dengan penuh kesadaran ada penambangan liar, memberikan izin, dan penebangan hutan di mana-mana,” katanya.
Sementara takdir adalah kejadian di mana ketika banyak masyarakat yang sudah hidup lurus, namun tetap terjadi bencana.
UAS: Bencana datang karena umat juga
Maka itu, dia kemudian menyatakan, ulama, orang alim, dan sebagainya bisa jadi turut menjadi korban bencana karena diam saja dengan lingkungan buruk di sekitarnya.
Andai mereka diam dengan keburukan, kata UAS, maka bencana juga akan turut serta menimpannya. Sentilan itulah setidaknya yang turut menyinggung banyak ulama yang seolah membisu dengan keburukan di lingkungan.
“Mengapa terjadi musibah, karena umat meninggalkan amar maruf nahi munkar. Itu ada hutan gundul, ulama bilang sudahlah tak apa, hutan kan masih jauh dari rumah kita. Itu ada yang gali ambil nikel, sudah enggak apa-apa yang penting mereka mau nyumbang.”
“Yang penting mau menolong kita, dia kan juga mau nyumbang masjid. Tidak ada amar maruf nahi munkar di situ.”
Lebih jauh dia juga turut menyinggung adanya kasus korupsi terkait bantuan sosial yang juga turut dilakukan belakangan. Untuk hal ini, dia sangat menyayangkannya.
Bagaimana tidak, bantuan sosial yang menurut dia seharusnya sampai ke tangan orang-orang membutuhkan, justru disunat.
“Mereka sama seperti binatang, bahkan lebih hina dari binatang.”[hops]