[PORTAL-ISLAM.ID] Jelang penutupan tahun 2020, utang Indonesia menjadi sorotan publik. Apalagi rilis International Debt Statistics (IDS) 2021 yang diterbitkan Bank Dunia pada Oktober 2020 menyebutkan bahwa Indonesia masuk 10 besar negara dengan utang terbesar di dunia.
Indonesia berada di peringkat 7 dengan nilai utang sebesar 402,08 miliar dolar AS.
Deputi Isu dan Narasi Badan Komunikasi dan Strategi DPP Demokrat, Cipta Panca Laksana pun mengeluarkan sindiran atas “prestasi” yang diraih Indonesia di era Presiden Joko Widodo tersebut.
“Memang Jokowi nggak ada lawannya deh. Presiden lain mana bisa begini. Masuk 10 besar dunia,” ujarnya lewat akun Twitter pribadi, Jumat (25/12).
Secara khusus, Panca menyindir seseorang yang dengan sebutan Panjoel. Di mana orang tersebut sempat berkomitmen untuk menjaga Jokowi agar tidak utang secara ugal-ugalan.
“Kasih tahu Panjoel utang kita meroket. Katanya dia mau jagain Jokowi biar nggak utang. Biar SBY saja yang utang ugal-ugalan kata si bibir getar,” sindirnya.
Senada itu, Kepala Badan Komunikasi dan Strategi DPP Partai Demokrat, Ossy Dermawan mengunggah tangkapan layar sebuah kicauan yang dilakukan akun @fadjroeL dengan nama Fadjroel Rachman pada 10 September 2014 lalu.
Adapun kicauan akun tersebut adalah, “ayo Indonesia kita kawal Presiden Jokowi untuk tidak menyelenggarakan negara menggunakan utang. Cukup SBY utang ugal-ugalan”.
Kini Ossy meminta orang yang mengunggah twit tersebut untuk memberi penjelasan ke publik, mengingat utang justru semakin membengkak di era Jokowi.
“Melihat situasi utang saat ini, mohon agar twit ini bisa dijelaskan oleh Ybs agar masalahnya menjadi KLIR,” tuturnya.
Dalam satu bulan ini saja Utang pemerintah bertambah RP 32 Triliun.
Total utang pemerintah pusat per akhir November 2020 mencapai Rp 5.910,64 triliun. Utang ini meningkat Rp 32,93 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 5.877,71 triliun.
Rasio utang pemerintah per akhir November 2020 itu mencapai 38,13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dikutip dari APBN Kita, Sabtu (25/12), posisi utang pemerintah pusat secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Hal ini disebabkan oleh pelemahan ekonomi akibat COVID-19 serta peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional," tulis keterangan APBN KiTa.
Total utang itu berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) dengan denominasi rupiah sebesar Rp 3.891,92 triliun dan SBN valuta asing atau valas mencapai Rp 1.193,12 triliun.
Sisanya, berasal dari pinjaman Rp 825,59 triliun. Terdiri atas pinjaman dalam negeri Rp 11,55 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 814,05 triliun.
“Pemerintah telah melakukan upsizing penerbitan SBN untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang meningkat akibat pandemi, termasuk penerbitan SBN Ritel yang disambut baik oleh masyarakat terutama generasi milenial," tulis APBN.
Selain itu, pemerintah juga akan terus berkomitmen untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan utang.