TOKOH-TOKOH FENOMENAL PENGGETAR NALAR
Bagaimana kita meletakkan keteladanan pada sosok Muawiyah? Sementara banyak di antara umat Islam melayangkan kritikan pedas pada tokoh yang disebut-sebut di sejarah sebagai seteru Ali bin Abi Thalib.
Buku ini tak semata-mata ingin mendudukkan cara bersikap adil, pertengahan, dan objektif pada sosok semacam Muawiyah, namun juga mengantarkan para pembaca ke penjelajahan sejarah secara memikat penggalian hikmah. Penulis mengambil banyak nama yang mungkin asing bagi sebagian pembaca; sebagian lain sudah akrab tapi diteroka dengan sudut pandang kejadian yang berbeda.
Sebut saja tentang HOS Tjokroaminoto dan Adi Sasono. Bagaimana riwayat di sebalik gagasan Tjokroaminoto soal sosialisme dalam Islam dipraksiskan melalui narasi kedudukan pernikahan dalam Islam. Atau bagaimana Adi Sasono yang disebut-sebut “Orang Berbahaya di Indonesia” ternyata memiliki kiprah kemanusiaan yang tak banyak diketahui orang.
Tak salah bila Anies Baswedan mengapresiasi buku ini. “Ibarat sumur, buku ini adalah mata air inspirasi. Kita bisa menimba banyak pelajaran dari para tokoh yang ada di dalam karya Yusuf Maulana ini.”
“Satu hal yang pasti, mereka menjadi tokoh pada zaman masing-masing karena ditempa berbagai tantangan dan mereka menjawabnya. Selain itu, mereka juga hadir dengan solusi dan terus bergerak secara istikamah. Istikamah lebih baik daripada seribu karamah. Para tokoh yang ada di dalam buku ini membuktikannya,” tanda Anies, yang juga menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Buku ini oleh penulisnya memang untuk mengajak pembaca ke ingatan pada tradisi kolom di era kejayaan media cetak. Buku ini sekilas menyerupai “Pokok & Tokoh” oleh majalah Tempo, dan seri ulasan sejarah kecil-nya Rosihan Anwar. Tapi, buku ini lebuh luas dari spektrum ketokohan; dari nasional hingga mancanegara tokoh yang diangkat. Demikian pula dalam ulasannya, kuat sekali metode al-jarh wa at-ta’dil, yang biasa dipakai dalam turats Islam di bidang hadis dan tarikh, dalam menganalisis tokoh-tokoh di buku ini.
Lalu apa faedahnya?
Anis Matta, atas buku ini juga memberikan ruang itu. “Iman adalah rahasia dari mana raga memperoleh kekuatan yang tidak diketahuinya. Kekuatan gerak pribadi bermula ketika iman merasuki jiwa, menggelorai hati, lalu bergemuruh pada setiap sisi instrumen kepribadian kita. Bila keadaan yang sama merasuk ke dalam jiwa dan hati sebuah masyarakat secara kolektif, kita niscaya akan menemukan gelombang dahsyat dalam sejarah. Buku ini mengajak kita menjadi pelaku, setidaknya terinspirasi, agar memperoleh tempat dalam sejarah, bila kita mau membentangkan benang merah yang menjalin gemuruh kehendak dalam jiwa.”
Demikian juga seorang redaksi senior di Tempo, Idrus F. Shahab, “Sektarianisme bukanlah pilihan yang tepat untuk memotret kontroversi… Apakah kita bisa terbebas dari belenggu sektarian? Itulah yang coba dijawab Yusuf Maulana dalam buku ini ”
“Buku ini hanya bisa lahir jika penulisnya banyak membaca buku dan berkemampuan menarik hikmah,” ujar Nasihin Masha, eks pemimpin redakis Republika.
Seperti apa wujud buku yang didaras 13 tokoh itu? Sila pembaca budiman mengunduh tautan di bawah ini.
Di dalamnya berisikan ringkasa buku dan lembaran ujaran para tokoh beserta prakata penulis, dan senarai tulisan.
PEMESANAN BUKU
Untuk informasi lebih jauh pemesanan buku ini bisa menghubungi Sdr Wahyu di WA: +62 878-1282-3649 atau KLIK: https://wa.me/6287812823649