Setelah FPI dibubarkan, lalu?
Oleh: Rahadi Widodo
Kalau ada rumah makan ditutup dan dicabut ijinnya karena melanggar protokol kesehatan, misalnya, ya itu rumah makan akan betul-betul mati. Organisasi bisnis/komersial memang sangat tergantung pada ijin dari pihak berwenang.
Tapi agak berbeda dengan organisasi massa. Sekedar statemen pembubaran tidak akan membuat organisasi massa kehilangan jiwanya. Jiwa organisasi massa tidak terletak pada struktur organisasinya, tapi pada ide yang diusung oleh orang-orangnya. Dan ide di dalam kepala manusia tidak mudah dimatikan.
Masyumi dibubarkan, tapi ide-idenya tetap hidup dalam kepala sebagian warga bangsa. PKI dibubarkan, tapi hantunya masih ditakuti kalau-kalau bangkit lagi. Dulu ada namanya Partai Keadilan (PK), bubar dengan sendirinya akibat tidak lolos threshold, tapi idenya masih hidup dan menjelma menjadi partai PKS yang hingga hari ini masih eksis.
Dulu ada partai besar PNI warisan orde lama, partai yang pernah membesarkan Bung Karno, bisa dibilang bubar setelah dipaksa berfusi dengan partai lain menjadi PDI, lalu PDI-nya ditekan hingga menjadi partai gurem di bawah kekuasaan rezim Soeharto. Lalu apakah PNI benar-benar mati?
Tidak, kalau melihat PDIP yang eksis hari ini, semua orang tahu bahwa nafas sebenarnya adalah nafas PNI warisan Bung Karno. Betul, tidak?
FPI bukan partai politik, tapi melihat pembubarannya yang begitu serius hingga melibatkan menkopolhukam dan ditandatangani 6 pejabat setingkat menteri, jelas bahwa organisasi ini bukan semacam geng motor yang cukup dibubarkan oleh kapolres atau kapolsek. Pembubaran FPI sama seriusnya dengan pembubaran Masyumi oleh Orde Lama, dan pembubaran PKI oleh Orde Baru. Dan baik Masyumi maupun PKI adalah partai politik.
Jadi walaupun bukan partai politik, FPI telah dipandang berbahaya secara politik dan keamanan.
Walau, masih ada pertanyaan, apakah selesai urusan setelah FPI dibubarkan? Jangan-jangan belum.
FPI-nya bisa saja dianggap tidak ada, tapi ide-idenya tetap ada di kepala sebagian orang. Dan orang-orang itu mungkin sedikit, mungkin juga banyak.
Setelah dibubarkan, ada beberapa kemungkinan dilakukan mereka para pembawa ide FPI ini.
Nomor satu, mungkin mereka akan diam saja dan beralih ke kesibukan lain, hingga ide-ide dalam kepalanya memudar. Kalau bisa begini, berarti misi pak Mahfud MD telah selesai. Mission accomplished.
Nomor dua, mungkin mereka akan bikin ormas baru. Kalau ketahuan mungkin akan dibubarin lagi, lalu bikin organisasi baru lagi. Gitu terus, kejar-kejaran kayak tom and jerry, selesai satu episode muncul episode berikutnya. Gak ada tamatnya.
Nomor tiga, mungkin karena sudah kepalang basah dianggap berbahaya secara politik, mereka sekalian terjun ke politik. Menjadi kontestan pemilu melalui parpol yang sudah ada, atau lebih mungkin lagi, membuat partai baru.
Jadi mungkin suatu saat kita akan melihat Munarman atau Habib Rizieq menjadi caleg parpol berkampanye pada pemilu yang akan datang. Bolehkah? Ya kita lihat saja nanti. Hakikat politik adalah meraih kekuasaan. Dan banyak ide-ide hanya bisa dijalankan kalau pengusung idenya berhasil meraih kekuasaan. Itu biasa di era demokrasi.
Itu akan jadi babak baru, karena sebagai parpol yang berkampanye untuk mendapat simpati, mereka tidak bisa semata-mata hanya menonjolkan semangat (apalagi kekerasan), tapi juga kearifan dan keteduhan.
Kelihatannya kalau saya lihat dari komentar-komentar di dunia maya, hari-hari ini ada dua hal yang sedang ditunggu-tunggu lahirnya oleh sebagian warga, yaitu:
(1) Bank Syariah yang didirikan dan dikelola olah Muhammadiyah;
(2) Partai Politik yang didirikan dan dikelola oleh ex FPI dan/atau Habib Rizieq.
Kapan lahirnya? Wallahu a'lam bishshowwab.[]
Setelah FPI dibubarkan, lalu? Kalau ada rumah makan ditutup dan dicabut ijinnya karena melanggar protokol kesehatan,...
Dikirim oleh Rahadi Widodo pada Selasa, 29 Desember 2020