[PORTAL-ISLAM.ID] Nama Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman belakangan ramai menjadi perbincangan warganet di media sosial. Pangkalnya, dia dianggap menjadi salah satu orang yang berperan besar pada aksi 1812 di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Jumat kemarin.
Alhasil, nama Munarman pun langsung menjadi trending di Twitter. Di mana bersamaan dengan itu, foto atau video massa yang hendak mengikuti aksi membawa senjata tajam juga disebarkan.
Terkait hal ini, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun kemudian menyinggung nama Munarman yang menggema untuk kemudian ditangkap karena aksi kemarin. Refly menyindir, mengapa bangsa ini menjadi memiliki perilaku sebentar-sebentar bilang tangkap.
Padahal di satu sisi, kata dia, tokoh FPI itu bersuara lantang karena ingin membela hak-hak dari 6 anggota Laskar yang tewas ditembak Polisi. Termasuk upaya pembebasan Habib Rizieq Shihab. Sehingga menjadi wajar untuk disuarakan.
“Padahal orang tidak tahu kesalahannya apa. Seperti Munarman, dia vokal dalam membela hak 6 anggota laskar yang meninggal. Sementara sekarang masih investigasi, belum ada kebenaran mutlak dari Polisi, dan Komnas HAM. Karena itu dalam rangka menjaga, tentu Munarman berkewajiban membela hak-hak korban, untuk terus menyuarakan proses tersebut.”
“Dan demo adalah salah satu cara menyuarakan masalah ini, baik itu soal korban 6 laskar FPI dan penahanan Habib Rizieq Shihab. Menurut saya, perlu diselesaikan dalam aspek hukum yang adil,” panjang Refly di saluran Youtube-nya, disitat Sabtu 19 Desember 2020.
Munarman jadi target berikutnya?
Pada kesempatan itu, Refly kemudian menyinggung soal bagaimana kerasnya Munarman dalam membela para anggotanya yang tewas meninggal.
Pada beberapa kesempatan, kata dia, Munarman selalu memberi penjelasan dari sudut pandang yang berbeda dari keterangan Kepolisian.
Hal ini seolah berusaha membantah atas keterangan Polisi yang seolah ada baku tembak dalam peristiwa di KM 50 tol Jakarta Cikampek ketika itu. Teriakan tangkap Munarman sendiri, kata Refly, tentu wajar dialamatkan pada dirinya oleh orang yang tak suka dengan FPI.
Sebab Munarman saat ini menjadi orang ketiga terbesar pemegang kendali FPI dengan jabatannya sebagai Sekretaris Umum. Sepak terjangnya yang membahana, sebagai mantan Ketua YLBHI yang legendaris, menjadikan FPI memang bertumpu banyak pada sosoknya.
“Munarman mudah-mudahan tidak jadi target selanjutnya untuk dikandangkan hanya karena dia bersuara keras, untuk membela 6 laskar FPI. Mudah-mudahan kebenaran tetap tegak di negeri ini,” katanya lagi.
Refly kemudian turut menyinggung temuan demi temuan yang terjadi pada tragedi tol Cikampek KM 50. Di mana belakangan, kata dia, alibi versi Polda Metro Jaya sudah tak kuat lagi.
Bagaimana tidak, ketika rekonstruksi dilakukan, justru terdapat perubahan rincian. Sebut saja ternyata yang dikatakan tewas tembak menembak sebenarnya hanya dua orang.
Sementara empat orang lainnya terpaksa ditembak Polisi karena melawan, atau berusaha merebut senjata petugas ketika mau dibawa ke Polda Metro Jaya dengan Daihatsu Xenia. Keempat orang itu lantas ditembak di Xenia.
Munarman sendiri belakangan juga terus keras soal dimintanya pelacakan asal-usul senjata yang dipamerkan Polisi dalam press release di depan wartawan.
Dia bahkan menantang agar Polisi bisa mencoba mengecek nomor registernya, atas milik siapa senjata tersebut.
“Belakangan keterangan dari Kabid Humasnya, baru bilang kalau senjata itu bukan original, namun rakitan. Kita tentu tak bisa biarkan ketidakadilan berjalan di muka bumi ini.”
“Sepanjang ada ketidakadilan, ada tragedi, pelanggaran HAM berat, di luar hukum, maka sebagai anak bangsa wajib bagi kita menuntut keadilan, mengawasi proses, jangan yang benar disalahkan dan sebaliknya,” katanya.