PILIHAN TERBAIK DARI YANG BURUK
By Azwar Siregar
Saya memahami kekecewaan kawan-kawan, mulai dari keputusan Pak Timbul, eh maaf, maksudnya Pak Prabowo yang memilih bergabung dengan Rezim Pak Jokowi. Dapat jabatan jadi Menhan.
Banyak sahabat-sahabat khususnya emak-emak yang kecewa.
Sekarang, Bang Sandi, ikut juga bergabung menjadi Menparekraf.
Lagi-lagi luka lama dari rasa kecewa para sahabat khususnya emak-emak seperti tertoreh kembali. Luka yang belum sepenuhnya sembuh berdarah lagi.
Tapi sebentar...
Ayok tarik nafas dulu. Kita sedang berbicara strategi politik. Dihadapkan dengan Pilihan Terbaik diantara Pilihan Yang Buruk.
Saya sendiri lebih memilih Pak Prabowo yang tetap jadi Menhan seperti sekarang terutama bila dibandingkan misalnya Menhan dijabat oleh Muldoko, atau Wiranto apalagi oleh Hendropriyono.
Paling tidak sampai sekarang saya belum pernah mendengar statement dari Kemenhan yang menyudutkan kelompok kita. Sebut saja tuduhan "radikal-radikul" yang entah kenapa selalu menyasar mantan pendukung Kosong Dua.
Bayangkan, andai Menhan dijabat oleh ketiga orang tersebut. Tinggal ketik aja nama ketiganya dengan tambahan kata "radikal". Akan bermunculan tuduhan-tuduhan radikalisme kepada kelompok kita.
Jadi alhamdulillah, paling tidak masih ada Kementerian yang tidak nyinyir dengan isu Radikalisme kepada rakyat yang tidak mendukung Rezim Penguasa.
Tolong jangan menganggap tulisan ini pembelaan membabi-buta kepada Pak Prabowo. Di Rezim sekarang, bahkan Menteri Keuangan ikut sibuk mengurusi Radikalisme.
(Sri Mulyani Curhat Soal Radikalisme di Kemenkeu
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4832630/sri-mulyani-curhat-soal-radikalisme-di-kemenkeu)
Padahal tidak ada satupun tertuduh dan yang selalu mereka tuduh sebagai Kelompok Radikal (artinya itu kelompok kita) yang korupsi dan merugikan negara dari miliaran sampai triliunan rupiah.
Sekarang Bang Sandi ikut bergabung dan menjadi Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif. Saya ucapkan Alhamdulillah. Paling tidak bertambah lagi satu Kementerian yang tidak akan ikutan nyinyir jualan radikal-radikul untuk menutupi kegagalan Kementeriannya.
Andai Kemenparekraf dijabat oleh "Tokoh Mereka". Kedepan kalau target dan prestasi Kementeriannya gagal, paling-paling kembali akan ikut jualan isu radikal-radikul.
Jujur saja, andai boleh memilih, saya lebih ikhlas kalau Kementerian Agama dijabat oleh "orang kita". Sebut saja oleh Aa Gym atau UAS. Walaupun saya haqqul yakin, beliau berdua tidak akan bersedia.
Tapi poin yang mau saya sampaikan adalah, andai Menteri Agama dijabat oleh "orang kita". Maka kementerian Agama tidak akan dimanfaatkan untuk menggebuk kita dengan isu radikal-radikul.[]