Di kota saya, ada sebuah masjid dan gereja berdiri persis berdampingan.
Sebelum Ipin dan Upin muncul dengan hasutan politik identitasnya, sebelum media-media menyediakan bahan bakarnya, hubungan umat dari dua bangunan suci itu baik-baik saja.
Saat misa di hari Minggu dan pengunjung gereja membludak, dan kebetulan di masjid tidak ada kegiatan, pengurus masjid mempersilakan umat Kristiani untuk menggunakan lahan masjid menjadi tempat parkir pengunjung gereja.
Begitupun saat jumatan. Ketika pengunjung masjid membludak dan kebetulan gereja tidak ada kegiatan, pengurus gereja mempersilakan lahan gereja digunakan untuk tempat parkir pengunjung masjid yang hendak jumatan.
Bertahun-tahun seperti itu tanpa pernah ada masalah. Bahkan dua bangunan suci itu menjadi simbol kehidupan beragama yang penuh toleransi di kota kami.
Lalu musibah itu datang. Taktik pecah belah dan adu domba Upin Ipin mulai menghiasi ruang politik nasional.
Dua bangunan suci itu kini seperti tidak mau bertegur sapa.
Akhir-akhir ini, menjelang natal, kami mulai terbiasa menyaksikan ratusan aparat berpakaian lengkap dengan atribut menyeramkan, berjaga-jaga di sekitar gereja seperti hendak perang.
Kami sedih, Pak.
(By Wendra Setiawan)
Di kota saya, ada sebuah masjid dan gereja berdiri persis berdampingan. Sebelum Ipin dan Upin muncul dengan hasutan...
Dikirim oleh Wendra Setiawan pada Selasa, 15 Desember 2020
siapa yg bermain main untuk membenturkan agama?
— Rido N (@RidoN01217450) December 16, 2020
Yakin sih, ya yang gak punya agamalah...
Apakah komunis?