ISIN / MALU / MEMALUKAN
Dana bansos yang diberikan ke rakyat itu, baik dalam bentuk BLT, atau paket sembako, dan sebagainya, adalah uang rakyat. Itu bukan bantuan pribadi pejabat.
Maka, sungguh memalukan, jika ada pejabat yang menggunakan bansos ini sebagai pencitraan dirinya. Kacau balau logikanya. Dikit2 dia mau fotonya di kantong sembakonya. Dikit2 dia mau ada stickernya di sana. Belum lagi saat membagikan, berdiri paling depan, bagi2 bansos, bagi2 hadiah. Dijepret wartawan. Bergaya sekali. Duuh, itu bukan duit miliknya, itu duit rakyat.
Juga dalam kasus yang tidak kalah menggelikan. Saat dana operasional pejabat digunakan untuk bantuan kepada rakyat, entah itu beras, sembako, hadiah dll, lagi2, itu dana operasional bukan duit pribadinya. Itu duit rakyat. Jadi apa hebatnya?
Ayolah, tidakkah kita mau mulai menanam benih isin di hati. Malu. Bukan sebaliknya, pengen sekali terlihat bekerja paling oke. Jika isin ada di hati setiap pejabat, bahkan dia tidak mau wajahnya terpampang di baliho, poster. Dia juga tidak mau bergaya membagikan bansos, hadiah dll di depan wartawan. Bukan malah sebaliknya, sengaja sekali show. Sudah tahu rombongannya itu bawa wartawan, bergaya sok nggak lihat--tapi pengin banget di foto, terus diposting oleh media.
Bahkan jika itu memang uangnya sendiri, aduh, bukankah sungguh lebih baik jika tangan kanan ngasih, maka tangan kiri tidak perlu tahu?
Nah, yang lebih memalukan lagi. Sudah tahu itu duit rakyat. Masih ada juga yang ngembat 10.000, sekian ribu setiap paketnya. Minta 2-3% setiap bansosnya. Lah, memangnya dia kerja apa sampai minta bagian? Belum lagi, bansos ini dijadikan elit parpol sebagai senjata pencitraan, alat kampanye, dll. Bukankah begitu? Ehem.
Sudah saatnya bansos itu hanya bersifat tunai. Tidak ada lagi sembako, paket2an. Nah, kalau bansos non tunai ini mau terus dilakukan, saya usul, mending suruh saja organisasi independen sebagai pelaksananya. Banyak itu lembaga2 top yang mengurusi jutaan orang. Minta Muhammadiyah, NU, atau lembaga zakat raksasa, atau lembaga sosial agama2 lain. Mereka punya sumberdayanya, dan bisa lebih bebas kepentingan.
Jangan diberikan ke pejabat pelaksananya. Ketahuilah, bahkan urusan kantong sembako saja, itu nilainya amazing. Ada yang main di sana, horeee, dia bisa dapat milyaran. Belum lagi kalau sudah beli beras, telur, dan hal2 lainnya. Perusahaan yang ditunjuk utk mengadakan isi paket misalnya, kamu yakin 100% semuanya jujur?
Saat isin sudah tidak ada di hati mereka, duuh, mereka (termasuk netizen pendukungnya) bisa santai sekali 'pidato' di depan penerima bansos, 'Bapak, Ibu, ini adalah bantuan dari bupati/gubernur/presiden/menteri, dll, dsbgnya'. WHAT? Sejak kapan kamu punya duit ngasih bantuan? Itu memangnya duit kamu? Ciyus? Miapa?
Isin.
*By Tere Liye, penulis novel "Negeri Para Bedebah"
[Sumber: fb]