ADA APA Di Antara GARUDA, BANTENG DAN BERINGIN ???
Sesekali kita membahas "Politik Tingkat Tinggi" ye...😁
Jadi ada yang menarik dengan Operasi Penangkapan KPK di dua bulan terakhir ini.
Mulai dari penangkapan Menteri KKP yang menjadi kader Gerindra sampai Menteri Sosial yang menjadi kader PDIP. Dan tentu saja seingat saya sudah ada dua Kader PDIP yang lain yang menjadi Kepala Daerah yang baru-baru ini juga ditangkap oleh KPK. Yaitu Walikota Cimahi dan Bupati Banggai Laut.
(https://nasional.tempo.co/read/1412005/10-hari-terakhir-3-kader-pdip-terseret-kasus-di-kpk)
Saya anggap menarik karena menurut saya, (sekali lagi tolong di catat, ini adalah asumsi saya) pada dasarnya semua Pejabat Publik Indonesia bisa jadi "pasien" KPK.
Masalahnya adalah, ada yang apes tertangkap tangan dan ada juga yang bisa selamat sampai masa akhir jabatan.
Dengan kata lain, operasi tangkap tangan kepada Pejabat, baik Menteri maupun Kepala-Kepala Daerah pada dasarnya adalah tergantung "kemauan" KPK atau Kejaksaan. Artinya siapa saja Pejabat Publik kita bisa ditangkap karena pasti punya "sesuatu" untuk di kasuskan!
Saya pernah katakan kepada seorang kawan, ukuran kejujuran dan kebaikan seorang Pejabat kita bukan pada dia terkena kasus Korupsi atau tidak. Karena itu cuma masalah dia apesnya. Justru ukurannya adalah: Yang di Korup si Pejabat uang publik (rakyat) atau cuma uang sogokan (Uang Pengusaha).
Ya... memang tetap saja odading banget. Tetap perbuatan tercela. Tetap saja masuk Neraka. Tapi yang memakan jatah rakyat miskin pastinya jauh lebih hina. Sekali lagi hina-dina.
Jadi kembali ke penangkapan Kader Gerindra dan PDIP oleh KPK. Saya tertarik dengan bocoran percakapan dari Calon Walikota Makassar, Danny Pomanto yang menyebut KPK dikendalikan oleh Pak JK. Danny menyebut, Operasi-operasi tangkap tangan KPK didesain oleh Pak JK atau yang dia sebut "Chaplin" untuk kepentingan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mendatang.
(https://www.liputan6.com/regional/read/4426197/viral-mantan-wali-kota-makassar-menukas-jk-bermain-di-balik-ott-edhy-prabowo).
Analisa saya pribadi sedikit berbeda. Walaupun ada persamaan garis besarnya.
Seperti penjelasan saya diatas, Operasi Tangkap Tangan KPK akhir-akhir ini seperti memiliki pola khusus. Spesial untuk menghantam Gerindra dan PDIP.
PDIP sebagai Partai Penguasa juga seperti tidak berdaya untuk "melindungi" kader-kadernya. Begitu juga Gerindra.
Pertanyaan pentingnya, siapa yang diuntungkan (Baca : Partai apa yang diuntungkan?).
Tentu saja untuk bisa mengupas lebih mendalam masalah ini, kita harus melihat siapa-siapa yang sekarang berada di pusat kekuasaan.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Pak Jokowi, menurut saya ada tiga Gerbong Utama di pusaran kekuasaan. Gerbong PDIP, Gerbong Gerindra dan Gerbong Golkar. Pak Jokowi? Ya cuma...
Semua orang bisa saja menganggap PDIP yang menjadi Partai Pengusung Pak Jokowi yang mengendalikan Pusat Kekuasaan. Tapi menurut saya, justru penguasa sesungguhnya adalah kader Partai Beringin. Seseorang yang selalu menggantikan siapa saja Pejabat/ Menteri yang berhalangan. Menteri Koordinator Segala Urusan alias Menkosaurus.
Jadi poin garis kesamaan analisa saya dengan Dani Pomanto adalah di Partai Beringinnya yang diuntungkan. Cuma kami berbeda nama di Pengendali Partai Beringin. Kalau menurut Pak Danny adalah Pak JK, maka menurut saya adalah Menkosaurus.
Kalau menurut Danny Pomanto, penangkapan KPK yang dimotori oleh Bang Novel Baswedan bertujuan mengamankan Posisi Pak Anies di Pilpres 2024, maka saya sedikit berbeda pendapat.
Bang Novel Baswedan hanya seseorang yang konsisten melakukan tugasnya. Siapa saja yang bisa "digaruk" oleh KPK, akan mereka sikat. Operasi untuk menggaruk dan menyikat ini tentu saja dengan persetujuan lima orang Pimpinan KPK. Melihat nama-nama kelima Pimpinan KPK, saya ragu mereka berada dibawah kendali Pak JK. Tetapi sebaliknya, ingat kata kuncinya: semua urusan ada lo Menkonya, ha...ha...
Pertanyaan menarik selanjutnya adalah, dengan semakin memburuknya nama Partai Gerindra dan PDIP, maka nama-nama Kader kedua Partai tersebut yang selama ini memuncaki Calon Presiden Potensial untuk 2024 bisa berubah. Kemungkinan akan muncul nama-nama baru.
Tetapi belum tentu juga yang akan muncul dan akan dipoles habis-habisan adalah Ketua Partai Beringin atau Erick Thohir. Bisa saja Boneka Baru yang akan dimunculkan setahun dua tahun sebelum Pilpres diadakan. Mengingat memori orang Indonesia yang sangat pendek.
Kalau berkaca ke sejarah, tinggal dicari siapa sejak sekarang yang menjadi "rekan bisnis" Menkosaurus. Tidak mesti nama besar. Tapi biasanya berasal dari Provinsi di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Atau bisa saja sekali ini berasal dari Tanah Sunda. Yang penting kata kuncinya "Islam abangan". Jadi gampang diatur dengan hukum Babi itu haram tapi Celeng jadi Halal....
DEMIKIAN.
(By Azwar Siregar)
*Sumber: fb penulis