Prabowo Tidak Akan Tenggelam
Banyak opini berkata, bahwa Prabowo bersama Gerindra akan terbenam atas kasus Edhy Prabowo. Citra Prabowo yang anti korupsi, menjadi luntur ketika kader dan anak emasnya sendiri tertangkap KPK.
Saya malah berpikir sebaliknya, bahwa penangkapan EP, menandakan Prabowo tidak ada keberpihakan. Tidak ada negosiasi, tidak ada lobi-lobi. Mau orang dekat atau tidak, tetap proses sesuai hukum.
Banyak yang berkata bahwa ini adalah lemahnya peranan Prabowo pada koalisi Jokowi. Prabowo dianggap tidak mampu untuk menaikkan nilai tawarnya sampai membiarkan KPK memproses EP sebagai tersangka. Hal ini dibandingkan dengan nama-nama kader parpol yang lolos walau namanya tersebut dalam penyidikan perkara korupsi.
Nama Menag Lukman Saefuddin misalnya. Kedapatan menerima gratifikasi, namun tidak menyebabkan dirinya menjadi tersangka. Lukman lolos dari jerat hukum walau kementeriannya terlibat dalam jual beli jabatan yang dilakukan Romahurmuzi, pimpinan Parpol PPP.
Saya justru memikirkan sebaliknya. Dengan terjeratnya EP dan melepaskan KPK memprosesnya, malah menaikkan gengsi Gerindra karena tidak mau terikat atas sebuah kasus. Tidak mau tersandera, dan lebih memilih menyerahkan pada aturan yang berlaku.
Bisa saja Prabowo melakukan negosiasi atau lobi dalam meloloskan EP, namun pasti ada harga tinggi sebagai penggantinya. Bisa sebuah kesepakatan atau sebuah kebijakan yang harus dilakukan. Dan akhirnya akan tersandera secara politik.
Kasus Korupsi pasti memalukan. Bohong apabila itu tidak mencemarkan nama partai atau pimpinan partai. Namun tidak selamanya kasus korupsi akan membelenggu sebuah partai. Jika salah oknum, maka salahkan personalnya. Jangan salahkan rumahnya.
Setiap kasus ada hikmahnya. Banyak kader partai yang duduk di kementerian, melakukan korupsi untuk membiayai partainya sendiri. Bahkan anggota partai di DPR, juga melakukan demikian saat menyetujui anggaran proyek. Mereka melakukan untuk memutar roda partai.
Bahkan partai mengadakan kongres, membutuhkan anggaran yang dicari dalam proyek kementerian.
Kasus Nazarudin dan Anas Urbaningrum, diakui sebagai pencarian dana untuk kebutuhan kongres Demokrat. Demikian juga dalam kasus jual beli jabatan di Kemenag, ada penyebutan dana mengalir ke organiasi agama untuk kebutuhan pemilihan ketua barunya. Dan kasus-kasus korupsi dengan melibatkan anggota dewan dI DPR.
Mereka lakukan demi membiayai partai. Ada aliran dana ke partainya.
EP melakukan tindakan yang salah dimata hukum, namun peruntukannya tidak ke partai. Hanya untuk kebutuhan pribadi, wajar apabila Gerindra maupun Prabowo kaget dengan kejadian kemarin.
Gerindra bukan partai kaleng-kaleng, bukan partai yang bergabung demi mencari proyek, untuk memutar partainya.
Jika korupsi dijadikan alasan untuk mebenamkan partai, kasih tau saya mana partai yang tidak pernah tersangkut korupsi? Apakah ada partai di parlemen yang bersih dari korupsi?
Kasus-kasus yang mengiringi partai dalam perjalanannya adalah sebuah proses menuju kematangan. Yang kita lihat bagaimana kasus korupsi itu dihadapi. Apakah ada unsur melindungi atau menyerahkan prosesnya pada mekanisme yang ada.
Gerindra bukan partai yang melindungi putra mahkota ketika kasus Hambalang mulai marak dibicarakan.
Gerindra bukan partai yang melindungi menteri saat jual beli jabatan di Kemenag
Gerindra bukan partai yang mampu sembunyikan Harun Masiku.
Dan simpatisan serta kader partai Gerindra bukanlah kaleng-kaleng yang harus menghujat KPK karena tokohnya dibidik, seperti kasus korupsi sapi 2013 lalu.
Dengan Kasus ini apakah Prabowo akan tenggelam?
Bagi para pembenci, mungkin iya. Namun bagi masyarakat yang telah merasakan bagaimana kader bekerja memperjuangkan mereka, itu tidak akan terjadi. Perlu diingat, panggung bukti kerja itu bukan retorika atau omongan belaka. Melainkan aksi langsung pada masyarakat.
Sejauh ini melalui jabatan Menteri yang diemban oleh Prabowo dan EP, mereka telah berbuat sesuatu yang dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Dan itu akan selalu diingat.
Ingat budaya orang Indonesia, tidak akan pernah melupakan kebaikan seseorang yang telah membantunya. Itu akan dijadikan pegangan bagi mereka.
Kasus korupsi hanya senjata yang digunakan lawan untuk menjatuhkan. Bagi masyarakat, bukan itu yang pertama mereka nilai. Karena selama ini, tidak ada partai yang bersih dari korupsi. Mereka hanya menilai, apa yang telah kau lakukan bagi kami. Untuk hal ini, Gerindra sudah membuktikannya.
(By Setiawan Budi)