Mau tanya mas @beginu knp sama2 Habib, tapi yg satu ditulis lengkap dg "Habib"nya, yg satu tak disebut "Habib"nya
— Mas Piyu Ori :) (@MaspiyuO) November 19, 2020
Sy gugling, di @kompascom berita2 ttg Habib Rizieq TIDAK ADA YG PAKAI "HABIB".
Namun utk Habib Luthfi ditulis lengkap.
Ini model jurnalisme apaan? pic.twitter.com/HhSEBfnlZs
Karena yg satu dekat sama pemerentah, yg satu nya lagi oposisi pemerentah...
— Khairul Amri (@Khairul_Oke) November 19, 2020
Model penulisan seperti itu bukan soal jurnalisme.. tapi lebih pada kerdilnya jiwa dan besarnya kedengkian..
— 𝔏𝔢_𝔐𝔬𝔲𝔱𝔥 (@AlessLili) November 20, 2020
Kompas mungkin menilai HRS tak pantas memakai gelar "Habib". Pantas atau tdk pantas itu penilaian. Tiap2 org berhak menilai. Tapi MEDIA tak boleh mewartakan hal atas dasar penilaian, hrs berdasar data. Gelar Habib melekat kpd HRS adalah data otoritatif Lembaga Rabithah Alawiyah.
— #alghuroba (@amru_ms) November 20, 2020
Seseorang disebut ulama karena pengakuan orang, jadi bisa saja satu pihak mengakuinya sebagai ulama dan pihak lain tidak mengakui. Beda dengan habib, sepanjang dia bisa membuktikan nasabnya sampai ke rasulullah maka dia adalah habib, terlepas kita tidak suka dengan orangnya.
— Arda Chandra (@archabandung) November 20, 2020
Klo pro penguasa dipanggil habib, klo kontra penguasa langsung panggil nama aja tanpa perlu embel2 habib/kyai/gus/ustad....gitu ya bunyi UU nya ??
— NOE Garis Lucu (@eddycaksby) November 20, 2020