Seumur maen sosmed, baru 2x ngerasain shock atas penangkapan KPK. Pertama kasus penangkapan LHI, Ketum PKS. Kedua penangkapan Menteri Edhy Prabowo, Waketum Gerindra.
Pada tahun 2013, LHI yang menjadi presiden PKS dinyatakan bersalah dan ikut mempengaruhi kuota impor daging sapi, melalui kementrian pertanian dimana saat itu dijabat oleh Suswono yang menjadi kader PKS. Atas penangkapan LHI, jagat sosmed menjadi riuh, terutama para pembenci PKS dan para pendukung jokowi.
Pembenci PKS dulu bukan hanya pendukung jokowi saja, melainkan kader maupun simpatisan partai2 lain, yang sejatinya mereka tidak suka dengan PKS. PKS adalah partai islam yang paling cepat naik karena dukungan masyarakat. Banyak cara mereka mendowngrade PKS, namun tidak pernah berhasil membuat partai ini jatuh terjerembab. Semakin dihina dan semakin dituduh, PKS semakin mendapatkan dukungan.
Baru pada kasus korupsi LHI, PKS jadi bulan-bulanan. Berbasis partai islam, nama PKS benar2 dipermalukan walau saat itu baik kader maupun simpatisan PKS yakin kasus LHI adalah jebakan untuk membenamkan PKS pada pemilu 2014 yang jaraknya hanya beberapa bulan kedepan.
Di sosmed, walau bukan kader PKS saya sering adu argumen membela PKS dan LHI walau telah dinyatakan tersangka. Shock dan tidak terima dengan tuduhan pada PKS dan LHI.
Saya ingat kata Fahri Hamzah kala itu, bahwa pengungkapan kasus korupsi impor sapi adalah permainan tingkat tinggi untuk menghantam pihak yang tidak disukai. Dan mulai dari saat itu, FH menyatakan perang pada KPK.
Seperti dejavu, saat ini terulang lagi dengan ditangkapnya Edhy Prabowo (EP).
Saya mengakui, segala langkah EP di Kementerian KKP adalah kebijakan yang sangat bagus. Berani membongkar sekat kebijakan Susi yang telah membelenggu nelayan. Termasuk melegalkan ekspor benih lobster yang selama Susi memimpin dilarang.
Era Susi benih dilarang ekspor, namun penyelundupannya malah termasuk tertinggi setelah kasus penyelundupan narkoba. Susi melarang ekspor, namun Susi tidak berdaya atas penyelundupan benih lobster. Mafia tumbuh subur dan makmur. Nelayan benih hanya jadi sapi perahan karena mereka menjual dengan harga rendah dan terpaksa melakukan karena ketidakmampuan beralih ke usaha lain.
EP duduk di KKP, dan langsung tanggap atas hal ini. Kajian telah dilakukan, diskusi telah dibuka termasuk undang Bu Susi yang uring2an, namun Susi tidak pernah mau datang. Ekspor benih dibuka, ratusan ribu nelayan lobster yang mati segan hidup tak mau di era Susi, mulai menampakkan semangatnya kembali. Apalagi dengan ketetapan harga benih per ekor yang dilakukan KKP, membuat para pengumpul tidak bisa menekan harga pada nelayan.
Sayang, selalu ada celah bagi mereka yang terhalang hajatnya.
Tau EP adalah penghalang, maka usaha mendowgrade EP terus dilakukan. Kerap dibully dan dituduh salah dalam kebijakan, gak membuat EP bergeming. Tujuannya hanya satu, membuat nelayan berbahagia atas hasil laut kita. Selama memimpin belum pernah KKP didemo para nelayan, membuktikan bahwa kebijakannya benar2 berpihak.
Dan cara menekan PKS tahun 2013 terjadi. Kasus korupsi dinaikkan dan ajaibnya sasarannya langsung pada EP, sang menteri. Tiada angin tiada hujan, EP langsung dijemput sepulang dari lawatan ke AS.
Terlepas dari proses korupsi yang disangkakan pada beliau, saya tetap setuju kebijakan ekspor benih lobster. Karena terbukti membuat nelayan benih lobster bisa kembali semangat melaut. Tidak ada yang salah atas kegiatan ekpsornya atau takut habitatnya akan langka. Segala kajian dan bedah ilmiah telah dilakukan, hasilnya lobster tidak akan habis dilautan.
Para nelayan juga senang denga kebijakan ekspor benih lobster yang dilakukan Menteri Edhy. Dalam wawancara dengan tvOne kemarin, seorang nelayan Lalu Badi ditanya sama tvOne "Kalau pengalaman bapak sendiri, di era Menteri Edhy Prabowo ini, menguntungkan tidak bagi nelayan?". "Menguntungkan," kata Lalu Badi. *video dibawah*
Namun kosekuensinya, para mafia yang selama ini berjaya di era susi, tidak lagi bisa memainkan peranannya menguasai lobster. Karena kuotanya terbagi. Tidak bisa lagi menekan nelayan dengan harga yang rendah, dan monopolinya bukan mereka lagi yang menguasai.
Para mafia yang berusaha membunuh siapa penghalangnya, agar benih lobster bisa mereka kuasai kembali. Dan biasanya, para maling paling pintar dari para polisi.
Terlepas dari kasusnya, EP tetaplah seorang yang berani mendobrak sekat demi mensejahterakan nelayan. Jika saat ini beliau tersandung kasus, gak akan menghilangkan apa yang telah beliau lakukan pada nelayan, dan itu benar-benar berperan besar.
Semoga KPK bisa mengungkap semuanya..
(Setiawan Budi)
[Video - telewicara nelayan lobster tvONe]