CANDU POLITIK
Jika pilkada membuatmu bertengkar dengan saudara, berseteru dengan guru, bermusuhan dengan kawan, dan berjauhan dengan tetangga maka ketahuilah bahwa politik itu telah berubah menjadi candu. Daya iskar-nya (memabukkan) lebih berbahaya daripada narkotika.
Jika calon kepala daerah yang (aslinya) tidak terlalu engkau kenali lebih engkau utamakan dan engkau bela daripada sahabat dan handai taulan maka ketahuilah bahwa politik itu telah menjadi candu bagimu. Ia telah membuatmu mabuk hingga hilang kesadaranmu.
Jika setiap hari, akal dan pikiranmu hanya terfokus dan terforsir untuk urusan pilkada, seolah-olah itulah masalah utama hidup ini maka ketahuilah; pilkada itu adalah candu. Ia bahkan bisa melupakanmu dari tuhan dan menjauhkanmu dari agama.
Jika setiap kali engkau berinteraksi dengan manusia, selalu saja orientasimu adalah penggalangan suara maka sadarlah, politik praktis itu telah meracuni pikiranmu. Efek candunya bisa membuatmu sulit hidup apa adanya di tengah masyarakat.
Jika engkau begitu semangat membelanjakan uangmu untuk pemenangan pemilu, bahkan engkau menganggap hal itu adalah bagian daripada infaq fii sabilillah namun di waktu yang sama, fakir miskin engkau abaikan, kotak infaq yang lewat didepan-mu engkau acuhkan, kegiatan sosial engkau sepelekan maka ketahuilah politik itu telah berubah menjadi candu.
Jika kemenangan calon-mu engkau yakini setara dengan kemenangan para sahabat Nabi Saw dalam perang Badar atau Penaklukan Makkah, maka ketahuilah; engkau sedang mabuk politik. Basuhlah wajahmu dengan air wudhu agar terbuka matamu bahwa politik itu tidak jauh dari rebutan jabatan dan kekuasaan an sich.
(Suhari Abu Fatih)
*Jangan abaikan politik, tapi jangan juga jadi candu politik