Erick Tohir, Lebih Terhormat Apabila Mengundurkan Diri
Erick Tohir benar-benar dilema. Kehebatannya memimpin perusahaan yang bonafid dan menempatkan dia sebagak CEO yang jempolan di usia muda, harus tercemar dengan kasus-kasus penempatan relawan Jokowi di BUMN.
Siapa yang gak kenal ET?
Pengusaha muda yang sudah memiliki rekam jejak yang diakui dunia. Atas keberhasilannya di dunia usaha. ET pernah membeli saham mayoritas klub papan atas Italia Inter Milan dan DC United, klub liga Amerika Serikat.
Satu yang menjadi catatan saya, ketika dia berhasil menjadi pemilik Inter Milan dan DC United. ET tidak menjamin pemain Indonesia bisa ikut bermain di klub tersebut.
Jangankan menjadi bagian klub, sekedar ikut latihan bersama saja, ET tetap tegas berkata bahwa kewenangan itu menjadi otoritas kepala pelatih di Inter Milan dan DC United.
Arrtinya ET benar-benar tidak memainkan Nepotisme dalam menyorongkan pemain Indonesia agar masuk dalam klub Inter Milan dan DC United. Semuanya dinilai dari kapasitas pemain dan kebutuhan tim. Jika pelatih mengatakan oke, maka pemain bisa ikut bagian.
ET tidak berhak mencampuri urusan pemain. Semuanya diserahkan pada pelatih.
Dengan sedikit cerita karakter itu, bisa diambil kesimpulan bahwa ET tidak sembarangan menempatkan orang menjadi bagian dari apa yang dia pimpin. Hanya mereka yang memiliki kualitaslah yang akan bisa bersaing dalam kerajaan bisnisnya. Tidak ada nepotisme, tidak ada kolusi.
Saat ET menjadi Menteri BUMN, apa yang ternilai dari kepribadian dirinya menjadi hilang. Kehebatan ET sebagai CEO jempolan yang menjadi alasan terpilihnya ia memimpin BUMN, tidak tampak dalam kinerjanya.
Berkali-kali berita penunjukkan relawan maupun orang dekat kekuasaan duduk di kursi jabatan mewah BUMN dengan izin ET. Mereka yang dilantik adalah orang-orang yang sebenarnya tidak mempunyai kapasitas mumpuni untuk bekerja dalam bidang itu.
Ada tekanan pada ET agar ia selalu setuju dengan bukti tanda tangan darinya. Orang-orang yang terpilih adalah sodoran tangan kuat yang tidak bisa ET tolak.
Sekelas ET bisa mengangkat panglima biawak (sebutan netizen oposisi) Si Dede Budiarto, tentu saja buat kita merasa heran. Dan gak perlu berteriak pada ET, karena kita tau kuat dugaan bahwa ET pun terpaksa untuk menyetujui.
Saya yakin untuk perusahaan ET sendiri, orang seperti Dede Budiarto ini gak akan terpakai. Bahkan untuk kelas paling rendah pun, gak akan lolos seleksi. Bagaimana mungkin dirinya bisa ditempatkan sebagai komisaris?
ET termasuk pengusaha muda yang kapasitasnya bisa disamakan dengan Sandiaga Uno. Kiprahnya sebagai CEO bukan isapan jempol. Banyak menciptakan peluang kerja, namun saat ini justru seperti dipaksa menurunkan kelasnya.
Jika esok ada resufle kabinet, ada baiknya ET segera ajukan pengunduran diri. Demi menyelamatkan namanya. Nama yang telah lama ia bangun dengan brand perusahaan yang ia rintis, nama yang menempatkan ET sebagai tokoh muda potensial.
Jabatan Menteri BUMN terbukti menguburkan nama ET. Gak layak dia harus dihakimi, walau secara garis besar keputusan itu ada ditangannya.
ET yang menjadi tumbal, ET yang akan tenggelam.
(Iwan Balaoe)