[PORTAL-ISLAM.ID] Selain Palestina, Iran juga ikut mengecam keputusan pemerintah Sudan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel atas bantuan Amerika Serikat pada Jumat (23/10/2020). Lewat Kementerian Luar Negerinya, Iran mengatakan bahwa kesepakatan tersebut sebagai sesuatu yang palsu karena dijamin dengan ‘uang tebusan’.
Lewat akun Twitternya, Kemenlu Iran mengatakan Sudan telah mengabaikan kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina karena melakukan normalisasi demi dicoret dari daftar hitam negara teroris oleh Amerika.
“Bayar tebusan yang cukup, tutup mata Anda terhadap kejahatan terhadap Palestina, maka Anda akan dikeluarkan dari apa yang disebut daftar hitam 'terorisme',” cuit kementerian, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (24/10/2020).
“Jelas, daftar itu sama palsu dengan perang AS melawan terorisme. Memalukan,” lanjutnya.
Israel dan Sudan pada Jumat sepakat untuk mengambil langkah-langkah untuk menormalkan hubungan dalam kesepakatan dengan bantuan Amerika Serikat, menjadikan Khartoum pemerintah Arab ketiga yang mengesampingkan permusuhan dengan Israel dalam dua bulan terakhir. Sebelumnya UEA dan Bahrain.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bergembira dan memuji langkah normalisasi Sudan dengan Israel yang ditengahi AS itu.
“Benar-benar perubahan yang luar biasa!. Hari ini Khartoum mengatakan ya untuk perdamaian dengan Israel, ya untuk pengakuan Israel dan normalisasi dengan Israel,” katanya bersemangat.
Delegasi dari Sudan dan Israel akan segera bertemu untuk membahas kerja sama di berbagai bidang, di antaranya pertanian, perdagangan, dan bidang penting lainnya, tambahnya.
Sementara itu, Organisasi Perlawanan Palestina Hamas menyesalkan itu dan menyebutnya sebagai ‘dosa politik’.
“Kesepakatan itu merugikan rakyat Palestina yang berharap ada keadilan untuk mereka, dan bahkan merugikan kepentingan nasional Sudan,” kata juru bicara Hamas Hazem Qassem.
“Ini hanya menguntungkan Netanyahu,” tambahnya.
__
*Foto atas: Puluhan pengunjuk rasa Sudan mengutuk pertemuan Kepala Negara Transisi Sudan Letnan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan dengan Netanyahu pada Februari lalu.