Turki Ingin Mengembalikan Kejayaan Ottoman
By Saief Alemdar
Metin KÜLÜNK, seorang MP Turki dari partai AKP, melalui akun tweeternya ngetweet peta Turki dan sejumlah negara-negara di sekitarnya, dan memberikan warna merah bendera Turki di atas peta tersebut. Artinya, wilayah yang tertutup bendera merah adalah wilayah yang berada di bahwa kedaulatan bendera tersebut, yaitu Turki. Wilayah itu mencakup wilayah Turki hari ini serta sebagian wilayah Yunani, Suriah, Irak dan Bulgaria.
Tampaknya memang keinginan Turki untuk mengembalikan kejayaan Ottoman tidak hanya bergaung di dalam negeri saja melalui pengembalian sejumlah museum ke status awalnya sebagai masjid, tetapi juga tampaknya ada rencana ekspansi geografis atas wilayah di sekitarnya yang suatu hari dulu pernah menjadi bagian dari Turki.
Tweet sang MP tidak luput dari tanggapan para netizen, tentunya hal seperti ini akan menuai pro dan kontra. Bagi sebagian orang, ini dianggap aneksasi dan pelanggaran terhadap kedaulatan negara lain. Apalagi dalam peta tersebut, sebagian wilayah Yunani masuk dalam bendera merah, ya pada saat eskalasi ketegangan semakin meningkat antara Turki dengan “mantan jajahannya” dulu, Yunani, Suriah, dan Irak.
Sejak selesainya perang dunia kedua, sistem negara modern telah melarang aneksasi wilayah negara lain, dan pencaplokan itu dianggap ilegal. Namun demikian, aturan tinggal aturan, ketika sebuah negara kuat menganeksasi wilayah negara lain, tidak ada yang berani menentang. Contoh segar adalah aneksasi wilayah Suriah dan Palestina oleh Israel, dan aneksasi Krimea di Ukraina oleh Rusia. Siapa yang berani menentang?
Mungkin sebentar lagi, Turki juga akan “men-Cyprus-kan” Idlib dan Aleppo, hal itu bukan hayalan di atas peta, tapi fakta di lapangan. Mungkin kalau Treaty of Lausanne berakhir 3 tahun lagi, Turki akan merasa legal untuk mencaplok Mosul Irak, Idlib-Aleppo Suriah, dan sejumlah Pulau di Laut Eagea yang hari dibawah kedaulatan Yunani.
Banyak pihak meyakini bahwa insiden tewasnya seorang perwira tinggi Rusia (berpangkat Mayjend) di Timur Laut Suriah dan penembakan jatuh 2 drone AS jenis MQ-9 Reaper di Barat Laut Suriah oleh misil Turki merupakan peringatan bagi AS dan Rusia bahwa "Jangan main-main sama Turki, Idlib dan Utara Aleppo adalah tanggungjawab Turki!"
Kenapa ku katakan bukan hayalan, seroang kawan berangkat dari Damaskus menuju ke Aleppo melalui jalur M-5 di Idlib yang baru dibuka beberapa bulan yang lalu. Ketika tiba di dekat Idlib, hapenya berbunyi, sebuah SMS masuk, isi pemberitahuan kalau anda telah memasuki wilayah Turkcell. Tidak hanya sampai disitu, warga Idlib dan sebagian Barat dan Utara Aleppo mulai menggunakan mata uang Lira Turki (TL) sebagai saran transaksi.
Kembali ke tweet MP Metin KÜLÜNK, bendera yang menutupi peta kurang lebih mencakup sebagian besar Yunani bagian Utara; pulau-pulau di Laut Eagea Timur; sebagian wilayah Bulgaria; Cyprus; Armenia; serta sebagian wilayah Suriah, Irak, dan Georgia.
Netizen Yunani membalas tweeter KÜLÜNK dengan memposting peta “Great Greece” dengan warna biru, tidak ketinggalan pula netizen Kurdi yang mempsoting “Great Kurds” dengan wilayah impiannya yang mancaplok sebagian Turki, Irak dan Suriah.
Netizen Teluk tidak ketinggalan, mereka menuduh Turki memiliki proyek ekspansi wilayah negara lain untuk mengembalikan kejayaan Ottoman, dan “itu harus ditentang”, sebagian netizen lain membeberkan kejahatan Ottoman selama “menjajah” dunia Arab.
Di tengah perdebatan politik antara netizen terkait tweet KÜLÜNK, stasiun TV Turki, TRT, merilis trailer kedua serial “Uyanış Büyük Selçuklu”, membuat situasi semakin panas. Serial historis ini mengisahkan penaklukan oleh Dinasti Seljuk di wilayah Imperium Byzantium.
Kita tidak dalam posisi pro atau kontra terhadap kebijakan Turki dalam satu tahun terakhir yang mulai mengambil langkah “offensive” keluar, dengan kemampuan politik, ekonomi dan militer yang dimilikinya. Ini hanya salah satu perspektif yang ada di medsos.
Mengomentari serial histori Turki, seperti Dirilis Ertugrul; Kurulus Osman; Payitaht Abdülhamid; dan Barbarossa yang dibintangi oleh Engin Altan Düzyatan yang sebelumnya membawa sukses Dirilis Ertugrul dimana Altan memerankan Ertugrul Gazi...banyak sekali menarik pemirsa, tidak hanya lokal, tetapi juga hampir seluruh dunia Islam. Bahkan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro ikutan nonton dan berkunjung langsung ke lokasi syuting.
Pemerintah di dunia Arab tidak suka dengan pengaruh serial-serial Turki di rumah-rumah rakyatnya, akhirnya mereka membuat serial tandingan dengan judul Mamalik Al-Nar, yang mengisahkan perang antara Sultan Ottoman, Selim l dengan Sultan Mamluk, Tuman Bey ll. Sayangnya, budged USD 40 juta dari Arab Saudi dan UEA dengan sutradara dari Inggris hanya bertahan 14 episode, tidak mampu menandingi serial-serial Turki...
Yunan Halkına— Metin KÜLÜNK (@mkulunk) August 27, 2020
Emperyalizmin egemenliğine girmeden evvel 400 yıl boyunca Türk adaletinin ve huzurunun lezzetini yaşayan Yunan vatandaşlara sesleniyorum: Tarihçileriniz iyi bilir
yöneticileriniz Emperyalizmin köleliğini tercih etmeden önce, bu topraklarda uzun süre kardeşçe yaşadık pic.twitter.com/MXuHhL9XCi