Tiga Kekalahan Besar Jokowi di Masa Pandemi
Bagi Jokowi yang ingin lekas menggenjot ekonomi, penanganan Covid-19 telah menjelma jadi kekalahan besar. Telak. Legacy yang berupaya dibangun sejak enam tahun lalu, longsor terbawa krisis multi dimensi ini.
Sejauh perjalan enam bulan Covid-19 ini, Jokowi telah mendrita tiga kekalahan besar. Pertama, pemerintah terbukti gagal mengendalikan Covid-19. Awalnya menjanjikan Covid-19 selesai bulan Mei. Lalu bergeser Juni, Juli dan September. Saat ini sudah mendekati Oktober, namun Covid-19 makin jauh dari kata terkendali.
Masalahnya, kegagalan itu jadi studi ilmiah di Swiss. Kegagalan yang mendunia. Lembaga think thank asal Swiss, Deep Knowledge Group membuat kajian yang menyimpulkan, Indonesia adalah zona merah Corona. Wilayah berbahaya. Sehingga wajar jika diblokir oleh 59 negara.
Ada enam indikator umum dalam kajian itu. Semuanya menunjukkan kinerja kebijakan pemerintah tidak perform. Sangat jauh di bawah rata-rata dunia. Termasuk kebijakan karantina/PSBB yang tidak efektif, karena direcokin urusan politik. Mantan Ketua MK Prof. Jimly Ash Shiddieqy menyebut pemerintah pusat beroposisi ke Pemda. Lucu dan aneh!
Kekalahan kedua, krisis kesehatan telah menjelma jadi krisis ekonomi. Indonesia dipastikan resesi di Kuartal III nanti. Preseden buruk bagi pemerintah. Kepercayaan investor dan pasar merosot.
Di dalam negeri, sudah terkonfirmasi oleh survei SRMC yang menyebut persepsi masyarakat terhadap ekonomi menurun. Artinya, masyarakat tidak lagi melihat ada harapan terhadap perbaikan ekonomi jangka pendek. Semua cemas dan khawatir.
Pijakan realitas persepsi yang ditankap dari survei SRMC itu bahkan terlihat di jalanan. Di kehidupan sehari-hari. Rakyat memaksakan diri untuk mencari sesuap nasi. Terpaksa keluar rumah, meski PSBB. Covid-19 yang siap menginfeksi setiap saat, diabaikan. Demi mempertahankan dapur mengepul.
Dalam ketegangan itu, rakyat tidak melihat gerak harapan dari para pejabat negara. Sehingga harus bertarub nyawa. Memperjuangkan nasib sendiri.
Kekalahan ketiga, secara politisi legitimasi Jokowi semakin keropos. Bukan cuma karena kelompok oposisi ekstra perlemen yang terkonsoliasi di KAMI. Namun karena secara de facto, Jokowi memang gagal membawa negara menghindar krisis Covid-19.
Para menteri Jokowi juga sibuk berakrobat. Overlapping antara satu sama lain. Menteri Pertahanan kerja pertanian. Menteri Pertanian bikin kalung anti virus. Menko Kemaritiman urus macam-macam. Pokoknya, kacau balau. Tidak ada orkestrasi kepemimpinan yang solid.
Puncak kekacauan itu, mendunia ketika majalah ekonomi papan atas dunia, The Economist. Menobatkan dan bahkan menyebut Jokowi tidak kompeten menangani krisis Covid-19. Berita ini tidak heboh di dalam negeri. Keburu tenggelam oleh perhatian publik tersedot oleh PSBB total yang kembali dilaksanakan.
17-09-2020
[fb]