PKS Sudah Benar!
Ramai obrolan sosial-media issue PKS berkoalisi dengan PDIP di 13 titik, bahkan PKS ikut pula mengusung pendeta dalam Pilkada 2020, salahkah?
Sebagai partai politik PKS sudah benar, pilihan-pilihan politik dalam Pilkada tidak bisa ditarik ekstrem ke pilihan ideologis, atas nama Islam Politik atau atas nama dakwah. Karena koalisi yang dibangun adalah koalisi taktis.
Dalam argumentasi ustadz-ustadz PKS, koalisi Pilkada sama halnya seperti ketika Rasulullah SAW menunjuk orang kafir sebagai penunjuk jalan dalam perjalanan hijrahnya Rasulullah SAW, kerangkanya koalisi taktis. Atau ketika Rasulullah SAW memerintahkan sebagian Sahabat RA untuk hijrah ke Habasyah karena disana ada Raja yang Adil (Raja Najasyi yang nasrani), semua dalam rangka koalisi taktis. Disitu terjadi interaksi dakwah, atau negosiasi politik demi kepentingan rakyat itu wajar terjadi. PKS dalam logika partai politik sudah melakukan langkah-langkah taktis konstitusional yang legal, formal dan wajar.
Issue koalisi PKS-PDIP mengemuka disebabkan serangan kader-kader PKS ke Partai Gelora Indonesia karena mendukung Gibran anak Jokowi di Pilkada Kota Solo, dan Bobby mantu Jokowi di Pilkada Kota Medan. Istilah kecebong, munafiq, opportunis, kencing belum lurus dan istilah keji lainnya di alamatkan kepada Partai Gelora Indonesia.
Pada situasi ini ada situasi paradoks di dalam tubuh PKS, disatu sisi qiyadah (Pimpinan PKS) melihat bahwa Pilkada adalah koalisi taktis sehingga PKS bisa berkoalisi dengan PDIP di 13 titik Pilkada walaupun PKS mendeklarasikan dirinya sebagai oposisi. Di satu sisi kader-kader PKS menyerang koalisi Partai Gelora Indonesia dengan PDIP di Pilkada Kota Solo dan Kota Medan.
Situasi paradoks dalam tubuh PKS mungkin terjadi karena beberapa sebab:
Kemungkinan sebab Pertama:
Kader atau buzzer-buzzer sosmed PKS dikondisikan untuk menyerang Partai Gelora Indonesia dalam issue Pilkada Kota Solo dan Kota Medan. Siapa yang perintah? Siapa yang memobilisasi? Kalau ini yang terjadi, jelas ini digerakkan oleh pemain lama yang membuat kisruh PKS sejak 2015.
Kemungkinan sebab Kedua:
Ada kesenjangan informasi dan konsolidasi antara pimpinan PKS dengan kader di kalangan grass-root, sehingga apa yang di persepsi dan yang diinginkan kader berbeda dengan apa yang diputuskan pimpinan PKS. Namun karena doktrin sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami taat) yang sudah mendarah-daging di kader-kader PKS, maka kader tidak berani membantah apalagi melawan sehingga energi kekesalan atau putus asanya di lampiaskan ke Partai Gelora Indonesia. Jika sebab ini yang terjadi, maka ini adalah bom waktu dalam tubuh PKS yang akan meledak menjadi konflik jilid dua dalam tubuh PKS.
Kemungkinan sebab Ketiga:
Menguatnya faksi garis keras di tubuh PKS yang memandang bahwa semua keputusan PKS harus berbasis ideologi dan dakwah, dan faksi ini yang punya akses dan mampu mengendalikan kader dan buzzer. Jika sebab ini yang terjadi maka akan ada pergesekan antara faksi garis keras dengan faksi pragmatis dalam tubuh PKS. Gesekan ini bisa terjadi dalam tubuh PKS secara horizontal maupun vertikal.
Kemungkinan sebab Keempat:
Menguatnya faksi pragmatisme dalam lingkaran kepemimpinan PKS di tingkat pusat yang dilawan oleh faksi garis keras melalui kader-kader dibawah dan para buzzer-buzzer. Memang para pengendali kader dan para buzzer ini banyak diisi oleh PKS garis keras.
Jika sebab ini yang terjadi, maka konflik ini akan semakin menguat menjelang pemilihan Ketua Majelis Syuro yang selalu tertunda.
Kemungkinan sebab Kelima:
Paradoks ini terjadi karena konstelasi perebutan Ketua Majelis Syuro dalam tubuh PKS antara 3 faksi; faksi garis keras, faksi pragmatisme, dan faksi tengah. Faksi Garis Keras yang banyak mengendalikan usar-usar dan halaqoh-halaqoh tarbawiyah. Faksi pragmatisme saat ini menguasai banyak pengambilan keputusan politik, terutama dalam Pilkada 2020. Sedangkan faksi tengah adalah faksi intelektual yang melihat PKS sebagai partai politik profesional, yang dikelola dengan cara-cara profesional. Jika sebab ini yang terjadi, dan tiga faksi ini tidak berhasil melakukan kompromi-kompromi maka perpecahan akan terjadi.
Lets see.......
(By Rudy Ahmad)
*Sumber: fb penulis
PKS Sudah Benar! Ramai obrolan sosial-media issue PKS berkoalisi dengan PDIP di 13 titik , bahkan PKS ikut pula...
Dikirim oleh Rudy Ahmad pada Jumat, 18 September 2020